Raja Purnawarman merupakan raja ketiga dari Kerajaan Tarumanagara, salah satu kerajaan tertua yang berdiri di Nusantara.
Dari ditemukannya prasasti Ciaruteun, dapat dibuktikan jika Raja Purnawarman (372-434 Masehi) merupakan raja yang paling populer dan dihormati rakyatnya. Apa sebab?
Di Bogor, Jawa Barat, tepatnya di tepi sungai Ciaruteun, tidak jauh dari sungai Cisadane ditemukan adanya prasasti Ciaruteun, atau disebut juga dengan prasasti Ciampea.
Sebuah batu besar bertuliskan aksara purba dan gambar telapak kaki Raja Purnawarman ditemukan pada tahun 1863 pada masa pemerintahan Hindia-Belanda di sungai Ciaruteun.
Selanjutnya, pada tahun 1893 adanya batu yang dinilai sangat berharga itu dilaporkan ke pusat (Batavia) .
Untuk melindungi batu itu dari hujan atau hanyut terbawa aliran sungai atau aliran banjir bandang, pada tahun 1981 atas prakarsa Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, batu itu diangkut dan dipindahkan lokasinya.
Agar terlindungi dari tangan-tangan jahil, prasasti itu dilindungi oleh bangunan pendopo.
Prasasti Ciampea itu terbuat dari batu alam dan beratnya adalah 8 ton serta ukurannya 200cmx150cm.
Tulisan dalam aksara Pallawa itu menjelaskan jika telapak kaki itu adalah telapak kaki Raja Purnawarman, raja dari Kerajaan Tarumanagara, raja yang gagah berani, seperti kaki Dewa Wisnu.
Dalam agama Hindu, Dewa Wisnu dianggap sebagai dewa yang tertinggi yang tugasnya adalah melindungi dan memelihara segala ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam prasasti-prasasti yang ditemukan disebutkan jika Purnawarman adalah raja yang gagah berani dan juga perkasa di medan peperangan.
Purnawarman berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan yang tidak mau tunduk kepadanya.
Purnawarman juga sangat dicintai rakyatnya karena tindakannya yang bijaksana. Dalam bidang keamanan, Purnawarman berhasil melumpuhkan para perampok yang mengganggu keamanan rakyat.
Dia juga membuat sungai-sungai menjadi berhasil guna untuk kesejahteraan rakyatnya.
Setidaknya ada dua sungai yang dirombak alirannya oleh Purnawarman, yaitu Sungai Cupu dan Sungai Gangga di Cirebon untuk pengairan ladang-ladang atau sawah para petani. Serta merta karena aliran sungai itu lahan petani menjadi subur dan ladang tidak kering di musim kemarau.
Bajak-bajak laut yang merajalela di perairan utara dan barat kerajaan juga dihancurkan Angkatan Laut Tarumanagara dibawah pimpinan Purnawarman.
Dan dengan demikian, rakyat yang dipimpinnya hidup aman dan sejahtera. Nah, sebagai wujud rasa terimakasih dan kecintaan rakyat terhadap rajanya, maka jadilah batu besar.
Telapak kaki Raja Purnawarman diabadikan dalam bentuk prasasti Ciampea.
Jika Tarumanagara adalah salah satu kerajaan tertua di Nusantara yaitu pada abad ke 5 hingga 7 Masehi. Kerajaan-kerajaan tertua lainnya di Nusantara ini antara lain kerajaan Salakanagra, juga di Jawa Barat, dan Kerajaan Kutai di Kalimantan.
Tarumanagara ini berasal dari kata negara yang dapat berarti juga kerajaan. Sedangkan taruma berasal dari kata tarum, nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di sepanjang Sungai Citarum di Jawa Barat.
Catatan tentang Kerajaan Tarumanagara ini tertulis juga di buku asing. Fa-Hien, seorang penjelajah asal Cina menulis catatan perjalanannya dalam sebuah buku yang berjudul "Fa Kuo Chi". Dalam buku itu disebutkan di Ye Po Ti banyak orang yang menganut Brahmana dan animisme.
Pada tahun 414 Masehi Fa Hien tiba di Pulau Jawa untuk membuat sejumlah catatan tentang kerajaan To Lo Mo (Tarumanagara).
Orang-orang dari Tarumanagara ini juga terbukti pernah melawat ke negara Cina. Hal tersebut tertulis pada catatan pada masa Dinasti Sui. Dalam catatan itu dituliskan jika sejumlah utusan dari To Lo Mo datang ke Cina pada tahun 528 dan 535.
Sedangkan dalam catatan di masa Dinasti Sung disebutkan jika utusan dari To Lo Mo tiba di Cina pada tahun 666 dan 669.
Dari catatan itu dapat diketahui jika Kerajaan Tarumanagara ini berkembang di Jawa Barat kurun 400-600 Masehi yang pada masa itu dipimpin oleh Raja Purnawarman.
Dalam sejarah sendiri ada 12 raja yang memimpin Tarumanagara dimana raja terakhirnya adalah Linggawarman pada tahun 669 Masehi.
Kehidupan politik di Tarumanagara juga dapat diketahui dari berbagai prasasti yang ditemukan. Namun prasasti-prasasti itu mengatakan raja yang berhasil meningkatkan kesejahteraan dan keamanan rakyat adalah Purnawarman.
Toleransi pada masa Purnawarman juga cukup tinggi. Selain Hindu, pada saat itu ada juga yang memeluk Buddha dan animisme (Sunda Wiwitan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H