Anda tentunya sering mendengar nama Kian Santang ini lewat serial film "Kembalinya Raden Kian Santang" yang tayang setiap malam di MNCTV.
Di tengah-tengah nafas Hindu di Kerajaan Pajajaran, namun ternyata Raden Kian Santang dan ibunya Nyai Subang Larang ini ternyata beragama Islam. Mengapa demikian?
Kisahnya berawal dari Prabu Siliwangi yang mengambil Nyai Subang Larang menjadi salah satu istrinya. Nyai Subang Larang ini adalah salah satu santriwati di pesantren Quro.
Dari pernikahan antara Prabu Siliwangi dengan Nyai Subang Larang itu maka lahirlah Raden Kian Santang yang mengikuti ibunya beragama Islam.
Setelah beranjak dewasa, Raden Kian Santang lalu menyebarkan agama Islam di Jakarta. Kendati Kian Santang berasal dari Sunda, akan tetapi kehadirannya di Jakarta mendapat tempat dan banyak orang Betawi yang menjadi pengikutnya.
Sebelum masuknya Islam ke Jakarta itu, kehidupan di Betawi itu masih banyak yang beragama Hindu-Buddha.
Dan orang-orang Betawi yang yang menganut Islam itu berkumpul di musholla. Mereka lantas disebut juga dengan kaum pelanggar. Itulah cikal bakal mengapa musholla itu disebut juga dengan langgar. Ternyata asalnya dari Betawi.
Saat ini masih ada sejumlah mesjid di Jakarta yang dulunya merupakan langgar yang terawat dengan cukup baik.
Dalam perkembangannya, di daerah Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, saat ini masih berdiri mesjid tua Al Anshor. Penulis sejarah Jakarta, Adolf Heuken menyebutkan mesjid Al Anshor itu didirikan pada pertengahan abad ke 17 oleh komunitas Khoja, komunitas para saudagar Muslim asal India.
Raden Kian Santang memang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jakarta. Namun ada satu lagi penyebar agama Islam di Jakarta, dia adalah seorang Adipati yang bernama Pangeran Papak dari Tanjung Jaya, sekarang Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
Ridwan Saidi lantas menyebutkan jika Raden Kian Santang mengajak ayahnya Prabu Siliwangi untuk mualaf. Namun hingga kini Ridwan Saidi masih ragu, apakah Prabu Siliwangi mengikuti ajakan Raden Kian Santang?