Semula kedatangan Syekh Quro ke Pulau Jawa adalah untuk berdakwah di Jawa Timur. Setelah singgah terlebih dahulu di Karawang, Syekh Quro enggan untuk melanjutkan rencananya semula ke Jawa Timur.
Itulah cikal bakal didirikannya pesantren Quro. Budayawan Betawi Ridwan Saidi menyebutkan Syekh Hasanuddin ini bahkan menjadi orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Jakarta.
Pada saat itu, Nyai Subang Larang menjadi salah satu santriwati di pesantren Quro tersebut.
Kepincut, Prabu Siliwangi mengambil Nyai Subang Larang menjadi salah satu istrinya. Dari pernikahannya itu, maka lahirlah Raden Kian Santang. Raden Kian Santang memeluk agama Islam seperti yang dianut ibunya, Nyai Subang Larang.
Prabu Siliwangi yang Hindu lantas diajak Kian Santang untuk memeluk Islam, akan tetapi konon sang prabu menolaknya.
Menginjak dewasa, Raden Kian Santang lantas syiar, dia menjadi penyebar agama Islam di Jakarta. Kendati Kian Santang berasal dari Sunda, tetapi Kian Santang mendapat tempat di hati orang-orang Betawi, banyak warga Betawi yang menjadi pengikutnya.
Barangkali Anda sudah mendengar nama Jaka Tingkir. Pendekar legendaris Jaka Tingkir ini tidak lain dan tidak bukan adalah kakak kandung dari Nyai Subang Larang sendiri. Jaka Tingkir juga kemudian berguru ke Syekh Hasanuddin di pesantren Quro Nahdatul Ain.
Situs Nyai Subang Larang diresmikan untuk pertama kalinya oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat pada Kamis, 30 Juni 2011.
Abah Roheman, warga setempat, disebut-sebut sebagai orang yang untuk pertama kalinya menemukan situs Nyai Subang Larang itu yaitu pada tahun 1979 dan 1981.
Uniknya, di situs Nyai Subang Larang itu juga ditemukan benda-benda dan perhiasan (gelang, kalung) milik Nyai Subang Larang, koin kuno, dan sejumlah bebatuan berharga lainnya. Ditemukan pula manik-manik dan perabotan milik Nyai Subang Larang yang menjadi tanda-tanda adanya kehidupan prasejarah.
Setelah diadakan penelitian, ternyata benda-benda berharga tersebut memiliki kesamaan dengan benda-benda yang ditemukan di wilayah Pakuan, Bogor.