Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Muslim Uighur Malah Undang Media Asing untuk Menikmati Suasana Ramadhan di Xinjiang

20 Maret 2021   11:06 Diperbarui: 20 Maret 2021   17:40 1803
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Press conference (antaranews.com)


Ramadhan kian mendekat, dalam kurun tidak sampai satu bulan, hari yang dinanti-nantikan umat Muslim di seluruh dunia itu akan tiba.

"Marhaban Ya Ramadhan," begitu seruan umat Muslim bersorak gembira menyambut bulan suci dan bulan penuh Rahmat ini.

Pernyataan "Marhaban Ya Ramadhan" itu bisa juga wujud ekspresi bahwa umat Muslim berjumpa lagi dengan bulan seribu bulan, dimana mereka menunaikan salah satu kewajibannya.

Bersyukurlah mereka yang non-muslim di Indonesia, mereka dapat menyaksikan indahnya Ramadhan, kendati terkait pandemi, aktivitas Ramadhan.

Menarik laporan yang dimuat jpnn.com, Kamis (18/3/2021). Menarik sekaligus cukup mengejutkan. JPNN.com melaporkan jika Komunitas Muslim etnis minoritas Uighur justru mengundang dan mempersilakan media asing untuk melawat ke Wilayah Otonomi Xinjiang, Cina.

Seperti diketahui, etnis Muslim Uighur mendapat sorotan dunia karena konon mereka mendapatkan tekanan kebebasan dan hak mereka dirampas oleh pemerintah komunis Cina.

Pemerintah Cina konon menyuntikkan doktrin dan memaksa mereka untuk meninggalkan keyakinan. Mesut Ozil mendapat sanksi karena mengunggah dan menulis dalam Twitternya bahwa Muslim Uighur benar-benar diperas.

"Madrasah, sekolah Teologi Islam dilarang, mesjid ditutup, Qur'an dibakar, cendekiawan dibunuh satu per satu. Terlepas itu semua, mereka tetap diam," tulis pemain Timnas Jerman dan Arsenal itu.

Karena pernyataannya itu, Ozil dikecam, dan Arsenal kena dampaknya. Ketika Arsenal berlaga di Liga Inggris, nama Mesut Ozil sama sekali tidak disebut-sebut oleh komentator televisi yang menyiarkan langsung laga tersebut.

Mi Shou Jiang dalam bukunya yang berjudul "Islam in China: Mengenal Islam di Negeri Leluhur" populasi Uighur ini berjumlah 7,2 juta jiwa yang mayoritas bermukim di Daerah Otonomi Xinjiang dan sebagian kecil lainnya di Propinsi Henan dan Hunan.

Kaum Muslim Uighur dikenal sebagai kaum yang ramah pandai menyanyi dan menari.

Beberapa waktu lalu dalam rapat Majelis Umum PBB sebanyak 30 negara mengkritik dugaan perlakuan tidak adil Cina kepada kaum Muslim Uighur.

Dalam kesempatan pertemuan dengan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko beberapa waktu lalu, Duta Besar Cina untuk Indonesia Xiao Qian mengatakan pemerintah Cina resmi memerangi terorisme dan radikalisme.

Yang mengejutkan adalah pernyataan dari Asosiasi Muslim Xinjiang yang mempersilakan media global untuk datang ke Xinjiang menikmati suasana Ramadhan tahun ini.

Muhammadiyah Indonesia telah menetapkan awal Ramadhan tahun 2021 adalah pada Selasa, 13 April 2021.

"Silakan datang ke tempat kami untuk melaporkan kondisi yang sebenarnya ketika bulan Ramadhan nanti," kata Abdul Wali Ablimit dari Asosiasi Muslim Xinjiang, Kamis (18/3/2021) dalam acara temu media asing yang disponsori Kementerian Luar Negeri Cina dan Pemerintah Otonomi Xinjiang, di Beijing.

Tentunya hal yang menarik bagaimana menyoroti dan menyaksikan bagaimana situasi bulan Ramadhan dan apakah Muslim Xinjiang melakukan Rukun Islam yang ketiga itu.

Khotib di Mesjid Kabupaten Shache di Xinjiang itu mengatakan undangan ini untuk menghilangkan salah kaprah tentang adanya larangan dari pemerintah Cina bagi Muslim Xinjiang melakukan Rukun Islam yang ketiga.

Menurut Ablimit selama ini media-media luar negeri selalu melaporkan situasi Ramadhan di wilayahnya tidak sesuai fakta.

Ablimit menjelaskan tidak benar adanya larangan dari pemerintah Cina untuk melarang Ramadhan.

Kantor berita Indonesia Antara mengajukan pertanyaan kepada Ablimit apakah benar tidak ada larangan bagi umat Islam yang di wilayah barat laut Cina itu.

Lalu apa jawaban dari Khotib Ablimit menjawab pertanyaan Antara itu?

"Saya, istri, orangtua, dan jamaah di mesjid semuanya berpuasa di bulan Ramadhan," katanya.

Ablimit menambahkan jika malam tiba mereka juga melakukan sholat tarawih. Mesjid selalu penuh oleh jamaah saat tibanya sholat 5 waktu.

Hampir setiap tibanya bulan puasa, media-media asing selalu menyoroti apa yang terjadi Xinjiang apakah Muslim Uighur dilarang berpuasa.

Ablimit menjelaskan, pada bulan Ramadhan tahun lalu mereka berpuasa dengan menerapkan aturan protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19.

Ablimit bahkan menjelaskan bahwa pemerintah Cina turut membantu Muslim Xinjiang dalam berbagai aktivitas Ramadhan. Di antaranya, pemerintah mengirimkan petugas kesehatan dan alat-alat medis ke mesjid-mesjid.

Ablimit juga menambahkan makanan untuk buka puasa juga diberikan oleh otoritas lokal.

Jika rumor selama ini apa yang dituduhkan bahwa pemerintah Cina melakukan tindakan tanpa belas kasihan kepada Muslim Uighur benar adanya. Akan tetapi dalam aktivitas Ramadhan Muslim Uighur tidak dilarang, seperti yang dituturkan Khotib Ablimit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun