Masyarakat Sunda sendiri, apalagi yang diluar Jawa Barat nampaknya masih menggantung tanya. Mereka sering mendengar sebutan nama dua kerajaan yang berkuasa di wilayah tatar Sunda.
Mengapa dan apa bedanya antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Pajajaran?
Masih hangat Pajajaran dan Prabu Siliwangi atau pun Prabu Surawisesa disebut-sebut di sinetron "Kembalinya Raden Kian Santang" yang tayang setiap malam di MNCTV. Kisahnya memang berlokasi di Jawa Barat sekarang ini.
Bukan hanya di daerah-daerah lainnya di Nusantara dulunya berdiri kerajaan-kerajaan, Jawa Barat juga demikian.
Lantas apa perbedaan atau ciri-ciri dari kerajaan yang ada di Jawa Barat ini?
Propinsi ini dulunya memiliki dua kerajaan besar, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Namun awam banyak mengenal Pajajaran. Kerajaan Pajajaran ini namanya lantas diabadikan menjadi nama jalan, perguruan tinggi, dan sebagainya. Di antaranya adalah UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung.
Jika pun mengenal Kerajaan Galuh, disebutkan jika ibukota kerajaan ini adalah Kawali (Ciamis sekarang).
Tapi menurut Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya UNPAD, Prof Nina Herlina Lubis, ibukota Kerajaan Galuh ini berpindah-pindah. Pernah di Saunggalah (Kuningan sekarang). Lalu pindah lagi ke Kawali.
Hal tersebut lah yang menyebabkan Jawa Barat hanya memiliki sedikit warisan berupa peninggalan candi, tidak seperti di Jawa Timur atau Jawa Tengah yang banyak.
Di Garut ada Candi Cangkuang, candi Hindu satu-satunya yang ada di Jawa Barat. Menjadi destinasi wisata, saya pernah berkunjung ke candi Cangkuang ini.
Dengan sering berpindah-pindah ibukota, maka raja tidak sempat memerintahkan untuk membangun candi.
Nina menyebutkan jika Pajajaran ini adalah pusat Kerajaan Sunda, atau ibukota. Dan Pajajaran yang dimaksud itu adalah wilayah Bogor sekarang ini, yang disebut dengan "Pakuan". Pakuan Pajajaran.
Pakuan ini berasal dari kata "paku" yang mengindikasikan sebagai "pusat". Masyarakat percaya jika Pakuan ini adalah pusat mikrokosmos, atau pusat dari segala sesuatu.
Cukup menyebutkan nama mikrokosmos itu (Pajajaran) maka itu juga menyebut kerajaan secara luas.
Seorang ahli sejarah bernama Robert von Heine Geldern pernah berteori bahwa kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara biasanya hanya disebutkan oleh nama ibukotanya saja.
Dalam percaturan politik modern sekarang ini sering kita mendengar mereka menyebutkan nama ibukota yang mengartikan negara. Misalnya, hubungan antara Jakarta dan Beijing memanas. Itu maksudnya antara Indonesia dan Cina.
Nah, pada saat Pakuan Pajajaran ini menjadi ibukota Kerajaan Sunda, "Bogor" dipimpin oleh Prabu Siliwangi yang legendaris. Gelarnya Prabu Siliwangi ini adalah Sri Baduga Maharaja.
Seorang penjelajah bangsa Portugis, Tome Pires mengumpulkan catatannya tentang wilayah tatar Sunda ini dalam "Suma Oriental" (1513-1515). Dalam naskah kuno Eropa itu disebutkan jika letak Dayeuh (ibukota Kerajaan Sunda) ini adalah "dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa". Atau Jakarta sekarang.
Kongsi Dagang Belanda VOC juga sama menyebutkan, jika Pakuan Pajajaran ini letaknya "dua hari perjalanan dari benteng VOC di Ciliwung".
Jangan dikira kerajaan Sunda itu bernafaskan Islam. Kedua kerajaan itu sosial budayanya adalah Hindu. Nina menjelaskan jika Prabu Siliwangi ini menganut Hindu.
Prabu Siliwangi sendiri meninggal pada tahun 1521. Dalam prasasti Batu Tulis termaktub hal tersebut, jika Prabu Siliwangi, ayah dari Prabu Surawisesa, meninggal dunia pada tahun 1521.
Prasasti Batu Tulis yang sampai kini masih eksis itu dibuat oleh Prabu Surawisesa, 12 tahun setelah kematian Sri Baduga Maharaja.
Jenazah Sri Baduga Maharaja lantas diperabukan. Jelas dengan demikian agama Sri Baduga Maharaja adalah Hindu. Begitu pun yang berasal dari sumber-sumber primer jika Sri Baduga Maharaja meninggal secara Hindu.
Meski demikian, ada juga yang mengatakan jika Prabu Siliwangi itu beragama Islam.
Para ahli sejarah mengatakan, wilayah Sunda mulai banyak didatangi banyak emigran yang tidak saja yang beragama Hindu, tapi juga mereka yang beragama Islam dan Buddha beberapa saat menjelang kematian Prabu Siliwangi.
Sebaran Islam di tatar Sunda ini bahkan sudah terjadi semenjak abad ke 14.
Aneka ragam agama dan kebudayaan di Sunda ini menurut Nina menandakan jika Kerajaan Sunda ini mempunyai toleransi yang tinggi.
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh adalah pecahan dari kerajaan sebelumnya yang ada di Jawa Barat yaitu Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Sunda dan Galuh lantas bersatu dan disebut dengan Kerajaan Sunda Galuh, Kerajaan Sunda, atau ada juga yang menyebutnya Kerajaan Pajajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H