Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Karier Gajah Mada dan Pararaton yang Masuk "Daftar Ingatan Dunia" UNESCO

9 Maret 2021   10:05 Diperbarui: 9 Maret 2021   10:13 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gajah Mada (intisari.grid.id)


Gajah Mada sangat tersohor bukan saja dalam sejarah di Indonesia, semasa menjabat Perdana Menteri di Majapahit, Gajah Mada menguasai hampir seluruh wilayah yang disebut dengan Indonesia sekarang ini, ditambah dengan Asia Selatan, bahkan sampai ke Madagaskar di Afrika Timur.

Sumpahnya yang dikenal dengan Sumpah Palapa mengindikasikan jika Gajah Mada tidak akan bersenang-senang dulu dengan makan buah Palapa sebelum seluruh Nusantara dipersatukan dalam genggamannya.

Gajah Mada menjabat Maha Patih (Amangkubumi) pada saat pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yaitu raja keempat Majapahit. Di sinilah nama Gajah Mada lantas menjadi legendaris.

Namun tahukah Anda jika sebelumnya, Gajah Mada juga sudah berkontribusi kepada kerajaannya. Dan bahkan di sinilah cikal bakal Gajah Mada diangkat sebagai Maha Patih.

Pada saat Gajah Mada masih menjadi salah satu anggota pengamanan raja, alias Bhayangkara, Gajah Mada pernah menggagalkan upaya kudeta yang dilakukan oleh Dharmaputera pimpinan Ra Kuti.

Peristiwa ini terjadi di masa Prabu Jayanagara, raja ke 2 Majapahit (1309-1328).

Dharmaputera ini adalah pejabat tinggi yang dibentuk khusus oleh raja. Jayanagara membentuk Dharmaputera yang beranggotakan 7 orang. Mereka adalah Ra Kuti, Ra Pangsa, Ra Banyak, Ra Yuyu, Ra Wedeng, Ra Tanca, dan Ra Semi.

Para pengemar sejarah mungkin pernah mendengar pemberontakan ini.

Dharmaputera tidak senang dengan pemerintahan Jayanagara yang dianggap lemah. Dianggap memberontak, karena jelas, Dharmaputera ini adalah " pengawal istimewa yang disayangi raja", demikian Kitab Pararaton menyebutkan.

Dalam buku sejarah, Jayanagara juga ada yang menyebutkan Kalagemet. Kitab Pararaton menafsirkan, Kalagemet itu adalah olok-olok yang mengandung arti "lemah", atau "jahat".

Dharmaputera juga membenci Jayanagara dengan melihat silsilahnya. Meski Jayanagara adalah anak dari Raden Wijaya (pendiri sekaligus raja pertama Majapahit), akan tetapi Sri Maharaja Wiralandagopala (gelar Jayanagara) bukanlah berasal dari keturunan permaisuri.

Wiralandagopala adalah anak dari Dara Petak, selir Raden Wijaya. Dara Petak adalah putri Kerajaan Dharmasraya dari Sumatera. Jadi Jayanagara berdarah campuran.

Dharmaputera dibawah pimpinan Ra Kuti berhasil menduduki istana Majapahit di Trowulan pada tahun 1319.

Budayawan sekaligus Pengageng Kedaton Jayakarta, PNA Mas'ud Thoyib Jayakarta Adiningrat mengatakan Jayanagara berhasil melarikan diri dan diamankan di desa Bedander. "Jayanagara melarikan diri dengan dikawal prajurit Bhayangkara dipimpin oleh seorang bekel bernama Gajah Mada," kata Mas'ud.

Ada juga yang menyebutkan Jayanagara diamankan di Bojonegoro. Bedander ini letaknya berbatasan dengan Kabupaten Lamongan sekarang.

Ketika Gajah Mada kembali ke kota, dia mengumpulkan para petinggi di rumah seorang tumenggung (semacam walikota). Maksud Gajah Mada mengumpulkan para petinggi itu adalah untuk meminta dukungan dari mereka.

Seketika para petinggi itu sedih menangis ketika Gajah Mada mengabarkan bahwa Jayanagara telah tewas. Gajah Mada lalu menceritakan keadaan sebenarnya bahwa Jayanagara masih hidup, setelah meyakini jika kudeta yang dilakukan Ra Kuti tidaklah mendapatkan dukungan dari rakyat.

Dengan demikian dapat disimpulkan jika rakyat masih mencintai Jayanagara. Gajah Mada lantas menyusun rencana untuk menumpas Ra Kuti.

Rencana Gajah Mada berhasil diwujudkan dengan menumpas Ra Kuti, dan mendudukkan kembali Jayanagara sebagai Prabu Majapahit.

Dalam bukunya yang berjudul Gajah Mada: Biografi Politik (2010), Agus Aris Munandar menulis jika Kitab Pararaton tidak menceritakan bagaimana Gajah Mada menumpas Ra Kuti.

Karier Gajah Mada di pemerintahan dimulai sejak tahun 1313 sebagai seorang bekel. Bekel atau prajurit Bhayangkara ini seperti anggota Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden) sekarang ini.

Sebagai tugasnya, setelah berhasil mengamankan Sri Jayanagara dari upaya pembunuhan alias kudeta yang dipimpin oleh Ra Kuti itu, nama Gajah Mada mulai naik daun. Sri Jayanagara mengangkatnya sebagai Patih.

Bahkan pada masa pemerintahan Tribhuwana Wijaya Tungga Dewi, Raja ke 3 Majapahit, pengganti dari Jayanagara, Gajah Mada diangkat menjadi Maha Patih (Menteri Besar).

Sesudahnya, pada pemerintahan Hayam Wuruk, karier Gajah Mada menanjak lagi. Dia diangkat menjadi Mangkubumi (Perdana Menteri), dimana Majapahit mencapai puncak kejayaannya.

Gajah Mada dianggap oleh masyarakat Indonesia pada masa sekarang sebagai seorang pahlawan dan simbol nasionalisme Indonesia dan persatuan Nusantara.

Kitab Pararaton seperti yang disebutkan di atas itu pada tahun 2008 dinobatkan UNESCO sebagai Daftar Ingatan Dunia (Memory of the World Programme).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun