Karena di wilayah yang mereka temukan itu banyak ditemukan pohon Jawi, maka wilayah itu dinamakan dengan Tanah Jawi.
Babad Tanah Jawa menceritakan jika nenek moyang suku Jawa adalah berasal dari India Selatan.
Pada saat Pangeran Kerajaan Keling merasa tersingkirkan lantaran adanya perebutan kekuasaan di kerajaannya, yaitu Kerajaan Keling (Kalingga), Sang Pangeran memutuskan untuk pergi jauh meninggalkan India Selatan (wilayah dimana Kalingga berlokasi).
Sang Pangeran tidak sendirian dalam kepergiannya itu, dia diikuti juga oleh para pengikutnya. Pada akhirnya mereka tersampak sebuah wilayah yang tak berpenghuni.
Di sinilah lantas Sang Pangeran dan para pengikutnya itu mendirikan suatu pemukiman yang diberi nama Javacekwara.
Alhasil, Babad Tanah Jawa menyebutkan nenek moyang suku Jawa adalah Sang Pangeran dan para pengikutnya dari Kalingga di India Selatan.
Sejarawan asal Belanda, Prof. Dr. H. Kern dalam hasil studinya tahun 1899 menyebutkan jika bahasa yang digunakan di Nusantara, termasuk Jawa memiliki kesamaan satu sama lain, yaitu sama-sama berasal ras bahasa Austronesia. Ras bahasa Austronesia ini digadang-gadang berasal dari Pulau Formosa (Taiwan).
Bahasa Austronesia ini dibawa oleh orang-orang dari Pulau Formosa itu lewat migrasi mereka ke Filipina, dilanjutkan ke Nusantara (termasuk Jawa) dan terus ke timur. Sejarawan meyakini jika nenek moyang suku Jawa ini berasal dari propinsi Yunan di Cina Selatan.
Saya sendiri meyakini yang satu ini (pendapat para sejarawan). Di pelajaran sejarah yang pernah diajarkan di sekolah, dan dari buku-buku sejarah lainnya, dikatakan memang suku Jawa ini berasal dari propinsi Yunan di Cina Selatan.
Bukan hanya suku Jawa, akan tetapi suku-suku lainnya di Indonesia juga konon berasal dari Yunan.
Hal tersebut dapat dibuktikan, jika membandingkan wajah orang-orang Jawa yang banyak bermata sipit seperti orang-orang Cina.