Indonesia ternyata dinobatkan sebagai penghasil kayu manis terbesar di dunia. Data tahun 2019 penjualan global ekspor kayu manis mencapai 693, 3 USD atau lebih dari 9 triliun rupiah.
Di Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara banyak didapati salah satu jenis kayu manis yang disebut dengan Cinnamon burmanni yang banyak digemari di pasar internasional.
FAO (Food and Agriculture Organization) menyebutkan Asia menjadi pemasok terbesar pasar kayu manis dunia, disusul Eropa dan Amerika Utara.
Adapun 5 besar produsen kayu manis dunia adalah Indonesia, di urutan pertama, disusul oleh Cina (2), Vietnam (3), Srilangka (4), dan Madagaskar (5).
Kendati statistiknya naik turun, akan tetapi Indonesia tetap dapat mempertahankan posisinya sebagai produsen terbesar kayu manis dunia.
Rekor tertinggi produksi Indonesia dicapai pada tahun 2009 dengan mencapai 107,26 ribu ton. Tahun 2019 Indonesia menghasilkan 89,74 ton kayu manis.
Pada abad ke 16 Portugis yang lebih dulu datang ke Indonesia. Selain untuk mencari rempah-rempah, terkadang mereka juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik.
Mereka ke Nusantara karena mereka mempunyai peta jalur rempah-rempah itu.
Sebelum VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) terbentuk, Belanda mempunyai Kongsi Dagang yang lain yaitu Compagnie van Verre. Compagnie van Verre itu bekerjasama dengan Portugis.
Seorang penghubung antara Belanda dan Portugis, bernama Jan Huygen van Linschoten, mencuri peta jalur rempah-rempah milik Portugis. Setelah menyalin peta itu, Huygen menjual peta itu ke Compagnie van Verre. Itulah yang menyebabkan untuk pertama kalinya orang-orang Belanda datang ke Nusantara, untuk mencari rempah-rempah.
Rempah-rempah berupa lada hitam harganya sangat mahal di Eropa saat itu, yakni seharga dengan emas.