Soekarno meminta delegasi yang datang kepadanya untuk kembali pada tanggal 16 Agustus 1967.
Akan tetapi ketika delegasi itu menepati janji Soekarno, yaitu datang lagi ke Istana Bogor, Soekarno malahan mengajak orang yang menemuinya untuk ke Monas (Monumen Nasional) di Jakarta. Ada apa?
"Tenyata Bung Karno menyimpan merah-putih itu di sebuah ruangan bawah tanah di Monas," kata Bondan Winarno. Bondan Winarno ini adalah penulis buku berjudul "Berkibarlah Benderaku-Tradisi Pengibaran Bendera Pusaka".
Ketika merah-putih itu diberikan ke Presiden Soeharto di Istana Negara, Soeharto tidak begitu saja mempercayai jika merah-putih itu benar-benar bendera pusaka yang asli.
Soeharto lalu memanggil Husain Mutahar, mantan ajudan Presiden Soekarno untuk mengecek keasliannya.
Husain Mutahar adalah ajudan yang ditugaskan Soekarno untuk mengamankan bendera pusaka itu agar tak disita oleh Belanda. Seperti diketahui dalam sejarah, Belanda mengadakan agresi yang kedua, dan sempat menguasai Jakarta pada tahun 1946. Pada saat itu Dwi Tunggal Soekarno dan Hatta sempat ditahan Belanda.
Pada saat itu bendera pusaka sempat dibawa ke Yogyakarta. Bendera pusaka tersebut harus dipertaruhkan dengan nyawa. Supaya Belanda tidak mencurigai sesuatu, bendera pusaka itu sempat dibuka jahitannya oleh Husain Mutahar.
Konon Mutahar sempat ditahan Belanda namun berhasil melarikan diri dan membawa kembali bendera pusaka itu ke Jakarta.
Setibanya di "Batavia", bendera itu dijahit lagi dan diberikan ke Soekarno.
Tentu saja Mutahar tahu betul, jika bendera yang diserahkan ke Soeharto itu adalah asli bendera pusaka.
Semenjak dikibarkan untuk pertama kalinya di Jalan Pegangsaan Timur pada proklamasi yang dikumandangkan oleh Soekarno-Hatta, bendera itu selalu dikibarkan lagi pada HUT Kemerdekaan RI setiap tahunnya.