Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

HBII, Upaya untuk Melestarikan Bahasa Ibu agar Tidak Pudar

22 Februari 2021   11:03 Diperbarui: 22 Februari 2021   11:08 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak diketahui apakah ada di propinsi lain, selain Jawa Barat dan Banten dihelat acara untuk memperingati HBII 2021 ini. Namun di Jawa Barat, para pegiat Bahasa Sunda bekerjasama dengan PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) menggelar sejumlah acara untuk memperingati.

Di antaranya, lomba pembuatan website berbahasa Sunda, video Bahasa Ibu Sunda, Olimpiade Bahasa Sunda, dan sebagainya. Bahasa Sunda ini adalah bahasa daerah kedua yang paling banyak penuturnya di Indonesia (42 juta). Di urutan pertama adalah Bahasa Jawa dengan 84 juta penutur, sehingga sangat potensial.

Di propinsi Banten, KBB (Kantor Bahasa Banten) menghelat diskusi tentang dialek film Saidjah dan Adinda, memperingati HBII 2021.

UNESCO mengatakan kekhawatirannya. Menurutnya, setiap dua minggu sebuah bahasa hilang. Dengan demikian maka warisan budaya pun hilang.

Sumber mengatakan ada 7 bahasa daerah di Maluku yang hilang karena jarang dipakai atau tidak digunakan lagi. Bahasa daerah yang dimaksud antara lain bahasa daerah Loun, Piru, Hukumia, Moksela, dan sebagainya.

Sangat disayangkan jika sebuah bahasa hilang, maka sejumlah besar pengetahuan yang terhimpun dari generasi ke generasi, puisi, dan sejumlah legenda akan turut hilang juga.

Miftahul Malik, seorang jurnalis Sunda yang tergabung dalam kelompok "Sincarage" mengatakan bahwa kegiatan tersebut terselenggara berkat kerjasama antara berbagai komunitas dan lembaga di Jawa Barat.

Hari Bahasa Ibu Internasional ini sangat terkait juga dengan apa yang kita kenal dengan "Anugerah Sastra Rancage". Anugerah Sastra Rancage ini adalah penghargaan yang diberikan kepada sastra atau bahasa daerah yang dinilai terbaik.

Jadinya Anugerah Sastra Rancage ini dengan sendirinya mendorong penggunaan bahasa-bahasa daerah.

Sejak berdirinya tahun 1989 Anugerah Sastra Rancage ini sudah diberikan kepada bahasa-bahasa Sunda, Jawa, Bali, Madura, Banjar, Lampung, dan Batak.

Yayasan Kebudayaan Rancage yang mensponsori kegiatan berbahasa daerah ini didirikan oleh Ajip Rosidi. Ajip Rosidi, kelahiran Jatiwangi, Jawa Barat, 31 Januari 1938 itu adalah seorang penulis, sastrawan, pendiri serta redaktur sejumlah penerbit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun