Belanda saat itu mempunyai relasi dagang dengan Portugis. Jan Huygen van Linschoten, penghubung antara Belanda dan Portugis, lantas mencuri peta jalur milik Portugis. Dari situlah cikal bakal Belanda berlayar ke Nusantara, dan untuk pertama kalinya tiba di Banten.
Selain dikenal sebagai tempat perdagangan rempah-rempah, Banten juga dikenal sebagai pusat Kerajaan Islam di Pulau Jawa. Banten juga negeri para jawara.
Dari manakah asal-usul nama Banten sendiri?
Salah satu versi menyebutkan jika Banten ini berasal dari bahasa Jawa "katiban inten", yang berarti ketiban (mendapatkan rejeki) intan.
"Katiban Inten" ini tak lepas dari syiar Islam di wilayah itu. Wilayah Jawa Barat (termasuk Banten) pada awalnya menganut animisme (kepercayaan kepada arwah leluhur) dan dinamisme (menyembah benda-benda).
Setelah di Nusantara termasuk Jawa Barat bermunculan kerajaan-kerajaan yang bernafaskan Hindu-Buddha, masyarakat Banten juga terpengaruh. Mereka mulai memeluk agama Buddha.
Setelahnya barulah ajaran Islam masuk ke sana. Ajaran Islam itu bercahaya seperti layaknya intan yang berkilauan. Jadi masyarakat Banten itu bernasib baik, mereka ketiban rejeki intan yang berkilauan.
Versi lainnya dari asal mula nama Banten ini adalah berasal dari kata "bantahan" atau membantah.
Kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke Asia semula hanyalah untuk berdagang, termasuk Belanda ke Nusantara. Akan tetapi lama-kelamaan mereka mulai bersifat kolonialisme, menjajah.
Belanda di Banten juga menerapkan peraturan-peraturan untuk memonopoli perdagangan dan berlanjut ke campur tangan di politik untuk menguasai Banten. Rakyat Banten menolak peraturan-peraturan yang menekan tersebut. Atau dengan kata lain "membantah".
Membantah menjadi bantah dan Banten.