Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Imlek, Mengenal Lie Eng Hok, Perintis Kemerdekaan Sahabat WR Soepratman

13 Februari 2021   09:01 Diperbarui: 13 Februari 2021   09:32 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik perhatian, lantaran Lie Eng Hok adalah keturunan etnis Tionghoa yang ingin berjuang untuk rakyat Indonesia, adakah etnis Tionghoa lainnya?

Karena pemberontakan nya itulah kehidupan ekonomi Lie Eng Hok menjadi kalang kabut. Lie Eng Hok menentang Belanda. Di Digul Lie Eng Hok dikabarkan mencari nafkah sebagai tukang tambal sepatu.

6 September 1930 Sin Po memuat foto Lie Eng Hok bersama U Pardede di Digul sedang menambal sepatu. U Pardede lantas kemudian menjadi Pemimpin Redaksi Soeara Kita yang berbasis di Pematangsiantar, Sumatera Utara.

Pemberontakan Banten 1926 ini mempunyai kelainan tersendiri dari pemberontakan lainnya yang pernah terjadi. Pemberontakan yang didalangi Lie Eng Hok ini digadang-gadang sebagai pemberontakan pertama yang paling banyak menimbulkan kepanikan di kalangan orang-orang Belanda di Hindia-Belanda.

Saking takutnya, orang-orang Belanda di Batavia sampai-sampai memastikan terlebih dahulu jika pintu-pintu rumah mereka sudah dikunci rapat-rapat.

Setelah masa hukumannya dijalani dalam pembuangan di Digul, Lie ke Semarang, Jawa Tengah. Di sana dia memulai usaha dengan membuka toko yang menjual buku-buku bekas.

Pemerintah Indonesia tidak lupa kacang pada kulitnya. Pemerintah menetapkan Lie Eng Hok sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan melalui SK Menteri Sosial saat itu, tertanggal 22 Januari 1959.

Sebagai seorang Perintis Kemerdekaan, Lie Eng Hok memperoleh haknya dengan mendapatkan tunjangan dari pemerintah sebesar Rp 400 per bulannya.

Sang Perintis Kemerdekaan itu wafat pada tahun 1961 (68 tahun) dikebumikan di pemakaman umum di Semarang. Namun seperempat abad kemudian, jenazah Lie Eng Hok dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, masih di Semarang, Jawa Tengah.

Lie Eng Hok mendapatkan penghargaan sepantasnya sebagai seorang pahlawan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun