Sayangnya dalam kondisi Covid-19 seperti sekarang ini, sukacita perayaan Imlek hanya digelar dengan secara terbatas saja.
Tradisi-tradisi yang dimaksud dapat disebutkan antara lain adalah bagi-bagi angpao, kunjungan ke orang yang lebih tua, atraksi barongsai atau liong, mendekorasi rumah, menyalakan petasan atau kembang api, larangan bersih-bersih pas harinya, dan warna merah.
Yang pertama. Bagi-bagi angpao ini umumnya adalah pemberian sejumlah uang yang dimasukkan ke dalam amplop diberikan kepada anak-anak kecil oleh orangtua atau saudara-saudara yang lebih tua.Â
Atau oleh orang yang sudah bekerja.
Pada perkembangan selanjutnya, angpao juga diberikan oleh orang-orang kaya kepada orang-orang miskin.
Atau bos-bos kepada bawahannya.
Seperti umat Muslim yang bersilaturahmi pada momen Idul Fitri ke orangtua, orang Tionghoa juga pada momen Imlek ini mengunjungi orangtua atau saudara, kerabat yang lebih tua.
Seperti umat Muslim juga, orang Tionghoa mudik ke kampung halaman untuk merayakan Imlek.
Yang ketiga adalah atraksi barongsai dan liong. Selain hiburan dalam sukacita, atraksi barongsai dan liong konon dipercaya tarian singa dan naga tersebut dapat mengusir roh-roh jahat yang berenergi negatif. Dan tentunya tarian singa dan naga itu bentuk kegembiraan.
Menghias atau mendekorasi rumah untuk menyambut Imlek dipercaya dapat mendatangkan hoki bagi pemiliknya.
Sedangkan membakar petasan atau kembang api selain bentuk sukacita juga sebagai simbol untuk membakar peristiwa-peristiwa buruk yang terjadi tahun lalu, sehingga memasuki tahun yang baru dapat memulai dengan segala sesuatu yang baru pula.