Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapakah Yang Chil Sung Alias Komarudin yang Berjuang Demi Ibu Pertiwi?

5 Februari 2021   09:04 Diperbarui: 5 Februari 2021   09:47 2036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yang Chil Sung alias Komarudin (jabar.tribunnews.com)


Ada fenomena yang menarik jika Anda salah seorang yang tertarik dengan apa yang disebut dengan wisata religi. 

Jika pada sekitar 17 Agustusan atau pada Hari Pahlawan berkunjung ke Garut, tepatnya ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya. Di sana Anda akan temui salah satu nisan yang bertuliskan:

Komarudin/Yang Chil Sung. Dibawahnya ada tulisan kanji Korea.

Angg. Pangeran Papak.

Gugur, 10 Agustus 1949.

Siapakah Komarudin atau Yang Chil Sung itu, apakah dia orang Korea? Kok ada di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya?. Angg. merupakan akronim dari anggota.

Dalam sejarah, ada persamaan antara Indonesia dan Korea Selatan. Di sekitar Perang Dunia ke II, Indonesia dan Korea Selatan sama-sama dijajah oleh bangsa Jepang.

Sejarah negara Korea Selatan mencatat ada sekitar 2.300 orang Korea yang dipaksa Jepang menjadi tentara. Mereka dibawa ke Indonesia untuk menjaga kamp tawanan Jepang. Kamp tawanan Jepang di Indonesia ini antara lain ada Ambarawa, Semarang, Bandung, dan lokasi-lokasi lainnya.

Setelah dikirim ke Indonesia, tidak banyak dari mereka yang kembali ke negaranya, Korea. Banyak dari mereka yang tidak bisa kembali dan terdampar di negeri ini, termasuk salah satunya adalah Yang Chil Sung yang bahkan sampai ke Garut, Jawa Barat.

Yang Chil Sung sendiri dilahirkan di Wanju, Propinsi Jeolla, Korea Selatan, pada 29 Mei 1919. Yang Chil Sung ditugaskan Jepang menjaga kamp tawanan, yaitu para tentara sekutu yang berhasil ditangkap Dai Nippon. Itu terjadi pada tahun 1942 di Bandung.

Setelah Indonesia dan Korea sama-sama merdeka pada tahun 1945, Yang Chil Sung menolak untuk kembali ke negaranya. Dia lebih memilih untuk tinggal di Indonesia.

Tidak semua orang Jepang yang saat itu dikenal bengis, membenci tanah air Indonesia. Proklamator Soekarno-Hatta baru saja memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun saat itu masih banyak yang harus dibenahi dari sebuah negara yang baru merdeka.

Orang-orang Belanda di Indonesia belum banyak yang kembali ke negaranya. Belanda kemudian melakukan agresi lagi. Yang Chil Sung dan dua orang Jepang datang ke Garut dari Bandung dan bergabung dengan TNI (Tentara Nasional Indonesia).

Yang Chil Sung dan dua orang Jepang itu kemudian bergerilya bersama kelompok yang disebut dengan PPP (Pasukan Pangeran Papak). Yang Chil Sung dan dua orang Jepang itu, masing-masing Masahiro Aoki dan Hasegawa dan anggota PPP lainnya bermarkas di Wanaraja, Garut, dibawah pimpinan Mayor Kosasih. 

Patut dicatat PPP ini sebelumnya juga pernah terlibat dalam pertempuran Bandoeng Laoetan Api yang tersohor dalam sejarah. Yang Chil Sung tercatat kemudian pernah berprestasi dan berperan penting menggagalkan usaha Belanda untuk merebut Wanaraja.

Ketiga orang asing tersebut lantas dinamai oleh penduduk Garut dengan Komarudin (Yang Chil Sung). Sedangkan Masahiro Aoki diberi nama Usman, dan Hasegawa menjadi Abubakar.

Selain membela Indonesia, Yang Chil Sung juga menikah dengan wanita Indonesia dan dikaruniai seorang anak.

Kekalahan lantas diderita PPP lantaran dua sebab. PPP gagal mempertahankan wilayah Garut ketika Belanda melakukan agresi ke kota Dodol tersebut. Kekalahan disebabkan karena PPP kalah dalam persenjataan dari Belanda. 

Sebab lainnya karena adanya pembocoran tempat persembunyian Komarudin, Usman dan Abubakar. Lantas mereka (Komarudin, Usman, Abubakar) dan seorang gerilyawan lainnya bernama Djoehana tertangkap Belanda.

Yang Chil Sung, Hasegawa, dan Masahiro Aoki lantas dieksekusi di Kerkhoff, Garut, pada 10 Agustus 1949. Sedangkan Djoehana dipenjara seumur hidup.

Belanda sendiri sebelumnya menyangka jika Yang Chil Sung adalah orang Jepang karena wajahnya mirip. Lagi pula pada saat itu Yang Chil Sung juga menggunakan nama Jepang, yaitu Yanagawa Sichisi.

Komarudin, Usman, dan Abubakar dimakamkan di TPU Pasir Pogor. Lantas pada tahun 1975, dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut. Karena mereka adalah pahlawan yang turut berjuang demi tanah air.

Komarudin meninggalkan seorang anak dari hasil perkawinannya dengan wanita asli Indonesia.

Sedikit informasi mengenai kehidupan Yang Chil Sung di Indonesia. Akan tetapi sejarawan dari Korea dan Jepang berhasil mengumpulkan segala informasi tentang Yang Chil Sung dari kesaksian teman-teman seperjuangan Komarudin yang masih hidup.

Pada tahun 1995 pemerintah Indonesia dan Korea Selatan lantas mengadakan upacara penggantian batu nisan Komarudin secara militer.

Ternyata ada juga Komarudin dan orang Jepang yang berjuang untuk tanah air. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun