Studi menunjukkan ketika seseorang sedih dan diam akan masa lalu, maka mereka menjadi menjadi terinspirasi kepada masa depan dan lebih optimistis. Menyelusuri kenangan pada masa lalu membikin hidup jadi lebih bermakna dan kematian jadi tidak begitu menakutkan.
Kenangan pada masa lalu bisa muncul lantaran kita teringat ketika menyiram tanaman di rumah masa kecil kita, melihat ikan-ikan di kolam dan memberinya makanan, menyapa tetangga atau bergurau dengan teman-teman.
Studi juga menemukan nostalgia lebih sering muncul di cuaca yang dingin (20 derajat celsius) ketimbang dengan cuaca yang hangat atau panas. Nostalgia cenderung tinggi pada dewasa muda, menurun pada paruh baya, dan meningkat lagi pada mereka yang lansia.
Peneliti lainnya, Clay Routledge dari North Dakota University, mengatakan nostalgia membantu seseorang mengaitkan masa lalu dengan masa kini untuk membuatnya lebih bermakna, mengurangi stres, dan meningkatkan suasana hati.
Psikolog Nurindah Fitria, M.Psi., staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas YARSI mengatakan homesickness muncul lantaran adanya perpisahan dari tempat atau orang-orang yang sudah dikenal baik. Kota masa kecil, orangtua, keluarga, atau teman-teman. Dan mereka yang berpisah harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru.
Selain untuk bekerja, tinggal jauh dengan orang-orang yang sudah dikenal baik itu bisa juga misalnya kuliah. Rasa rindu jadinya menggebu-gebu. Hasrat atau kerinduan kepada semua yang terkait dengan tempat lama itu membuat seseorang menjadi tak berdaya di perantauan.
"Homesickness ini normal dialami perantau. Ini adalah reaksi emosional yang terjadi ketika seseorang merasa stres saat menghadapi lingkungan baru," kata Fitria.
Homesickness juga muncul karena seseorang tidak mempunyai kompetensi untuk menjalin relasi atau terlibat aktif dengan lingkungan sosial.
Namun tidak semua orang langsung mengalami kerinduan. Hal itu disebabkan saking antusiasnya mereka dengan tempat baru. Ada lagi yang langsung merasakan begitu dia menginjakkan kakinya di tempat yang baruÂ
"Ngga betah," kalimat itu kerap kita dengar dari seorang pendatang baru.
Ada pula yang tertunda setelah euforia berada di tempat baru lama-kelamaan luluh dan berubah menjadi homesickness. Perasaan itu sering muncul mendekati hari-hari besar seperti Lebaran atau Natal.