Budi baru saja tiba di rumah kontrakannya di sekitar jam 8 malam. Budi (41) bekerja setiap harinya, terkecuali Sabtu, Minggu, dan hari libur dimulai dari jam 8 pagi sampai 5 sore.
Setelah bubaran kantornya (di kawasan Sudirman, Jakarta) ada beberapa lagi yang harus dilakukannya. Akan tetapi jika memang tidak ada lagi, maka dia akan langsung meluncur ke rumahnya.
Jika dia sampai ke rumah sebelum jam 7, biasanya dia makan malam di rumah. Namun kalau pukul 7 sekiranya tidak bisa sampai rumah, biasanya dia makan di jalan atau di warung makan.
Malam hari Budi biasanya tidur pukul 9.30 dan bangun pagi sebelum jam 6. Itu baru siklus Budi terkait jam kerjanya di kantor, mulai dari berangkat sampai pulangnya.
Banyak lagi aktivitas yang dilakukannya di luar siklus tersebut. Kadang-kadang melihat pameran lukisan, ke mall, dan yang lainnya.
Lama-lama tinggal di kota besar, perasaan Budi luluh juga. Timbul keinginannya perasaan apa yang disebut dengan homesickness. Atau hasrat untuk balik ke kenangan masa lalu.
Hasrat juga terkait dengan apa yang disebut dengan nostalgia. Nostalgia bisa terjadi dalam kondisi tertentu.
Seorang dewasa yang sudah lama tinggal di kota besar lantaran dia bekerja di suatu perusahaan misalnya. Di kota terkadang timbul kenangan masa lalu di benaknya. Bau masakan ibu di kota kelahiran, main kelereng bersama teman-teman, atau bahkan teringat cinta pertama.
Nostalgia sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu nostos dan algia. Nostos artinya rumah, dan algia artinya nyeri. Dengan demikian nostalgia ini perasaan rindu atau pahit kenangan di masa yang lalu.Â
Apakah nostalgia ini ada manfaatnya?
Para peneliti dari University of Southampton, masing-masing Dr Constantine Sedikles, Tim Wildschut dan rekan-rekannya mengadakan studi dan menemukan nostalgia bukan hanya sekedar membuang-buang waktu namun bermanfaat untuk kesehatan.Â