Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kasus Covid-19 Nihil di Kampung Baduy Lebak, Kok Bisa?

23 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 23 Januari 2021   10:11 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Baduy (gurupendidikan.com)


Suku Baduy memiliki sejumlah daya tarik dari segi peradabannya yang masih mempertahankan adat istiadat dan kepercayaan yang diwariskan secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.

Suku yang bermukim di daerah pedalaman Kabupaten Lebak, Banten, tersebut mempunyai beberapa peraturan yang sudah turun menurun terus dipertahankan hingga kini.

Di antaranya: tidak boleh mempergunakan teknologi alat-alat elektronik, tidak boleh menggunakan alas kaki, tidak boleh menggunakan kendaraan, pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan, dan mengenakan pakaian yang dibuat sendiri serta menggunakan kain berwarna putih/hitam. Dilarang memakai pakaian modern.

Pernah melihat cara mereka berjalan bersama beberapa temannya? Dalam berjalan bersama-sama orang-orang Baduy dilarang berjalan dalam posisi sejajar, akan tetapi harus beriringan.

KOMPAS pernah melaporkan beberapa orang Baduy di Jakarta. Dari Lebak, Banten, mereka berjalan kaki dengan beriringan ke Jakarta, dengan tidak menggunakan kendaraan!

Dalam foto mereka juga memakai serban putih di kepalanya, pakaian berwarna hitam yang ditenun dan dijahit sendiri. Sungguh luar biasa di tengah-tengah serbuan digitalisasi dan modernisasi sekarang ini.

Konon dulunya suku Baduy ini merupakan bagian dari Kerajaan Sunda pada abad ke 16 yang berpusat di Pakuan Pajajaran, atau Bogor sekarang ini. Sampai sekarang suku Baduy ini memiliki kesamaan dari segi fisik maupun bahasa dengan orang-orang Sunda. Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa Sunda.

Saya pernah melihat dengan mata kepala sendiri orang Baduy yang unik tersebut, memang sangat menarik perhatian.

Jika masyarakat Sunda sekarang ini mayoritas beragama Islam, suku Baduy hingga sekarang masih animisme, yakni kepercayaan kepada kekuatan alam dan penghormatan kepada arwah-arwah leluhur mereka.

Mengapa mereka masih animisme?

Seperti diketahui pada awal-awal tarikh Masehi nenek moyang kita sering bergaul dalam hubungan dagang dengan bangsa-bangsa lain seperti India, Cina, dan sebagainya.

Dalam lawatannya ke Nusantara itu, mereka membawa serta dua ajaran yaitu agama Buddha dan Hindu. Agama Buddha konon dibawa Fa Hien dari Cina, sedangkan Hindu dibawa oleh Dwipayana dari India.

Lalu muncullah kerajaan-kerajaan di Nusantara ini yang bernafaskan Hindu-Buddha. Pada abad ke 4 Masehi di Jawa Barat berdiri Kerajaan Tarumanegara, ada lagi Kerajaan Sunda pada abad ke 16. Sedangkan di Sumatera ada Kerajaan Sriwijaya pada abad ke 7 Masehi. Di Jawa Timur Kerajaan Majapahit.

Seiring berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha itu, dengan sendirinya agama yang dianut rajanya juga Hindu atau Budha. Dengan demikian, rakyat di Nusantara ini sudah mengenal agama tersebut dan menganut nya.

Dari kepercayaan animisme dan dinamisme (kepercayaan kepada benda-benda), mereka beralih ke salah satu agama tersebut. Namun ada segelintir mereka yang belum tersentuh agama tersebut di Nusantara, termasuk di antaranya adalah Suku Baduy tadi. 

Bahkan sejak masuk dan berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara, suku Baduy juga tidak tersentuh agama Nabi Muhammad SAW tersebut. Konon ketika ada upaya penyebaran agama Islam di Jawa Barat, mereka tidak mau diislamkan, lantas mereka kabur dari Jawa Barat ke wilayah Lebak, Banten pedalaman.

Namun mereka masih menggunakan bahasa Sunda hingga kini. Namun untuk berkomunikasi dengan orang luar, mereka sebagian sudah bisa menggunakan Bahasa Indonesia, kendati kepandaian itu tidak mereka dapatkan dari bangku sekolah. Mereka sejatinya tidak mengenal budaya tulis menulis.

Sebagai catatan, kerajaan Islam pertama yang berdiri di Jawa Barat adalah Kasultanan Cirebon.

Kepercayaan masyarakat Baduy itu disebut juga dengan Sunda Wiwitan. Seperti yang sudah disebutkan di atas, ini adalah kepercayaan kepada roh-roh leluhur mereka dan animisme. Dalam perjalanannya kemudian, ajaran ini sudah dipengaruhi sedikit oleh ajaran Hindu-Buddha, dan Islam.

Apalagi sekarang kita sudah memasuki apa yang disebut dengan Revolusi Industri 4.0. Revolusi 4.0 ini ditandai dengan adanya kendaraan-kendaraan yang dapat berjalan sendiri kendati tidak ada pengemudinya.

Unik. Namun mereka juga unik. Apa pasal?

Di saat seluruh Indonesia sedang dilanda wabah pandemi Covid-19, dilaporkan justru masyarakat Baduy di Lebak, Banten ini belum ada kabar seorang pun yang terpapar Covid-19.

"Kami mengapresiasi mereka dapat mengendalikan Covid-19," kata Iton Rustandi, petugas medis di Puskesmas Cisimeut, Kabupaten Lebak, Rabu (20/1/2021).

Keberhasilan mereka menurut Rustandi karena warga Baduy disiplin dalam menerapkan 3M. Memakai masker, Menjaga jarak, dan Mencuci tangan dengan rutin.

Tetua adat di sana bahkan melarang warganya untuk bepergian ke luar daerah, terutama yang zona merah, seperti Bogor, Tangerang, dan Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun