Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

HBII 2021, Bayi Dapat Mengenali Bahasa Ibunya?

20 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 20 Januari 2021   15:47 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bayi dapat mengenali bahasa ibunya? (haibunda.com)


Tidak diketemukan laporan di daerah lain, apakah akan digelar sesuatu acara untuk memperingati HBII (Hari Bahasa Ibu Internasional) yang jatuh setiap tahunnya pada 21 Februari.

Mengapa UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations) memprogram kan HBII ini pada setiap tanggal 21 Februari? Namun yang jelas tujuannya adalah melindungi serta melestarikan habitat keberadaan bahasa-bahasa di dunia dari kepunahan.

Tanggal 21 Februari diambil dari peristiwa mengenaskan di Bangladesh. 21 Februari 1952 terjadi sejumlah pembunuhan terhadap mereka yang berjuang mempertahankan Bahasa Bangli di sana.

Penetapan tanggal 21 Februari oleh Sekjen PBB saat itu Kofi Annan atas prakarsa dari warganegara Bangladesh yang bermukim di Kanada bernama Rafiqul Islam yang menulis surat kepada Kofi Annan untuk melestarikan bahasa-bahasa yang ada di dunia.

Bahasa Ibu adalah bahasa yang pertama kali dikuasai oleh seorang anak. International Mother Language Day. Ibu (mother) tentu yang paling pertama sekali menyayangi anaknya sendiri. Dan seterusnya, ibu juga yang paling mengerti semua apa yang dirasakan sang anak.

Bahasa Ibu Anda apa? Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu. Bahasa Ibu kita adalah salah satu dari bahasa daerah yang ada di Indonesia. 

Ada lebih dari 700 bahasa daerah di Indonesia (BPS 2015). Dan ada 14 bahasa daerah dengan penutur minimal 1 juta orang, bahasa Jawa menjadi penutur terbanyak dengan 84 juta lebih, di tempat kedua adalah bahasa Sunda dengan 42 juta lebih penutur. Sedangkan di tempat ke 14 adalah bahasa Gorontalo dengan 1 juta orang.

Bahasa Ibu Anda adalah salah satu dari bahasa tersebut, ditambah lagi dengan bahasa-bahasa Cina, India, Arab, Inggris, atau Belanda.

Di Jawa Barat, para pegiat bahasa Sunda bekerjasama dengan PANDI (Pengelola Nama Domain Internet Indonesia) berencana menggelar sejumlah acara untuk menyemarakkan HBII 21 Februari 2021.

Salah satunya adalah dengan mengadakan lomba pembuatan website berbahasa Sunda, Olimpiade Bahasa Sunda, video Bahasa Ibu, dan sebagainya.

Untuk mengingat dan memeriahkan HBII 2021 ini menarik disimak sejumlah studi apakah seorang bayi bisa membedakan mana bahasa Ibu nya dengan bahasa asing?

 Para peneliti mengambil sampel 40 bayi (lelaki dan perempuan) di dua negara masing-masing di Stockholm, Swedia, dan di Washington, Amerika Serikat. Bayi-bayi yang menjadi obyek penelitian adalah mereka yang berusia baru 30 jam.

Ke semua bayi itu masing-masing diperdengarkan bahasa ibu mereka dan bahasa asing. Bagaimana caranya?

Ke semua bayi-bayi tersebut masing-masing diberikan dot di mulutnya dan terhubung ke komputer. Hasilnya ternyata bayi yang menghisap dot lebih sebentar adalah bayi yang mendengarkan bahasa ibu mereka. Kebalikannya, bayi menghisap dot lebih lama jika mendengarkan bahasa asing.

Studi itu menjawab pertanyaan selama ini, ternyata memang bayi yang baru dilahirkan dapat membedakan mana bahasa ibu mereka dan mana yang bukan.

Penulis utama dalam penelitian itu adalah Profesor Christine Moon, seorang psikolog dari Pacific Lutheran University di Tacoma, Washington, Amerika Serikat. Bukan saja bayi yang baru dilahirkan dapat mengenal bahasa ibu. Christine Moon mengatakan bahkan semenjak janin berada di rahim dalam enam bulan pertama kehamilan, mereka sudah dapat mengenali bahasa ibunya.

Studi sebelumnya membuktikan hal tersebut. Plos One melaporkan penelitian tersebut. Ibu-ibu yang sedang dalam masa tiga pekan terakhir kehamilannya diperdengarkan suara dentingan piano. Setelah 30 hari bayi-bayi itu dilahirkan, mereka diperdengarkan lagi dentingan piano tadi.

Dan juga nada-nada lainnya. Para peneliti lantas menemukan denyut nadi bayi-bayi tersebut melambat dengan signifikan ketimbang ketika diperdengarkan nada-nada asing.

Studi lainnya yang dilaporkan di Current Biology. 60 bayi sehat yang berusia antara 3-5 hari dari masing-masing keluarga berbahasa Jerman (30 bayi) dan dari keluarga berbahasa Perancis (30 bayi) suaranya direkam.

Para peneliti lantas menganalisa. Hasilnya tenyata nada tangisan bayi sesuai dengan langgam bahasa ibu mereka.

Kembali ke Jawa Barat. Jurnalis Sunda Miftahul Malik mengatakan pengembangan bahasa Sunda melalui teknologi digital tersebut merupakan hasil kerjasama antara sejumlah lembaga dan komunitas di Jawa Barat.

Masing-masing lembaga mempunyai peran untuk mengembangkan bahasa Sunda terutama lewat teknologi digital.

"Kami membantu menyebarkan acara ini agar gaungnya lebih besar di masyarakat," kata Malik yang tergabung di kelompok "Singrancage".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun