Mencapai usia 100 tahun bagi seorang manusia persentasenya sangat kecil dan suatu keniscayaan yang tidak mustahil dapat diraih.
Betapa terharunya seseorang yang merayakan HUT nya didoakan dan dinyanyikan agar panjang umur, sehat selalu, bahagia, dan sejahtera.
Jadinya terkagum-kagum kita menyaksikan orang-orang centenarians tersebut. Rakyatku.com memuat artikel empat orang Indonesia yang digadang-gadang sebagai orang yang tertua di Indonesia.
Siapakah saja mereka yang dimaksud?
Mbah Arjo digadang-gadang sebagai manusia tertua di Indonesia yang pernah ada. Mbah Arjo dilahirkan di Candi Wringin Branjang, pada 19 Januari 1825. Namun Mbah Arjo yang konon sering bertemu dengan Soekarno (Presiden RI) dan Soepriadi (pemimpin PETA) itu meninggal pada 21 Mei 2019 lalu dalam usianya yang mencapai 194 tahun.
Yang kedua adalah Suparman Sodimejo atau biasa dipanggil dengan Mbah Gotho. Dalam KTP nya tertulis dia lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 31 Desember 1870. Diyakini, jika Sodimejo memang dilahirkan sesuai dengan yang tercantum di KTP itu.
Mbah Gotho tidak tahu persis kapan dia dilahirkan, karena pada masa itu belum ada sistem pencatatan (sipil) yang terbentuk. Mbah Gotho ingat di masa kecilnya dia sering main di sebuah pabrik gula Suikerfabriek Gondang Winangoen.
Dari sejumlah kesaksian pabrik itu memang didirikan pada tahun 1860. "Pada waktu itu belum ada mobil, motor, dan bus seperti sekarang," kata Mbah Gotho.
Sebelum wafat pada 30 April 2017 Mbah Gotho digadang-gadang sebagai manusia tertua di dunia. Sudah ada upaya untuk mencatatkan namanya di Guiness World of Book Records.
Kematiannya saat itu diliput media asing seperti The Independent, The Guardian, BBC, The Sun, dan Channel News Asia.
Yang ketiga adalah Anami, warga Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, yang kini masih hidup dan berusia 140 tahun. Warga generasi terdahulu di wilayah setempat menyaksikan jika Anami pernah melewatkan jaman Belanda dan Jepang.
Rahasia panjang umur nenek Anami dikemukakan oleh cucunya Fikri Firmansyah bahwa neneknya itu rajin beribadah.
Dan yang keempat adalah Nenek Suparni yang kini masih hidup dan berusia 117 tahun. Dalam usia seperti itu, Suparni yang asal Kabupaten Kulon Progo, sungguh mengagumkan. Nenek Suparni masih membuat anyaman tali tambang, membuat gula merah, membuat jamu dan wedang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Salah satu bangsa yang dikenal memiliki banyak penduduk yang centenarians adalah Jepang. Negeri Matahari Terbit ini bahkan digadang-gadang mencatat rekor dengan penduduk centenarians paling banyak di dunia.
Rilis Anadolu Agency akhir tahun 2020 melaporkan orang Jepang yang centenarians (mencapai lebih dari 100 tahun) untuk pertama kalinya mencapai 80.000 orang.
Sedangkan data dari Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan Jepang jumlah mereka yang berusia 100 tahun atau lebih ini mengalami kenaikan sejumlah 9.179 orang daripada tahun sebelumnya. 88,3 persen dari populasi centenarians adalah perempuan.
Menarik jika diadakan penelitian mengapa perempuan dominan ketimbang lelaki yang centenarians seperti disebutkan di atas.
Angka Harapan Hidup Jepang juga mencapai rekor. AHH untuk perempuan adalah 87,46 tahun, dan AHH untuk lelakinya 81,42 tahun. Data tahun 2019 Kementerian Kesehatan Negeri Matahari Terbit.
Survei populasi centenarians di sana selalu menunjukkan peningkatan sejak 50 tahun terakhir.
Tentu saja panjang umur sangat didambakan semua. Selain panjang umur juga tubuh sehat selalu tidak sakit-sakitan.
Salah satu faktor panjang umur adalah selain berolahraga rutin, orang Jepang mengutamakan prinsip makan yang sederhana, dan tidak berlebihan. Orang-orang Jepang mengenal pepatah ini "Hara Hachi Bu".
Makan tidak boleh sampai terlalu kenyang. Jika sudah kenyang sampai 80 persennya, maka berhentilah.
Makan sangat berlebihan memang tidak bagus untuk kesehatan tubuh. Orang Jepang juga doyan makan makanan yang terbuat dari kacang-kacangan, biji-bijian, buah, dan sayuran yang bagus untuk kesehatan tubuh.
Mereka juga senang olahraga jalan kaki dan bersepeda. Mereka juga masih ingin terus bekerja ketika tiba masanya untuk pensiun (70-80 tahun). Namun jika pun tidak bekerja lagi mereka membentuk komunitas yang saling berbagi pengalaman.
Anda harus waspada karena jaman sekarang ini banyak beredar makanan-makanan yang mengandung bahan tambahan kimiawi, fast food, dan berlemak. Hindarilah makanan-makanan tersebut jika tubuh Anda ingin sehat.
Tentukanlah tujuan hidup yang ingin dicapai, baik jangka pendek, menengah, atau panjang. Tujuan hidup itu dapat membuat Anda lebih mudah bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H