Dengan menumpang sebuah mobil pickup tetangganya, mereka (Martunis, ibunya, adiknya Anissa - 2 tahun, dan kedua kakaknya) berusaha menyelamatkan diri.
Namun pickup yang ditumpangi mereka diterjang ombak Tsunami dan tenggelam. Martunis sempat mengulurkan tangan kepada Anissa untuk menariknya, akan tetapi tangan mungil Martunis tak kuasa melawan derasnya gelombang. Ibu, kakak lelaki, kakak perempuan, dan adiknya hilang selama-lamanya terseret Tsunami.
Keajaiban terjadi, selang beberapa hari (21 hari) kemudian Martunis ditemukan penduduk terdampar di area rawa-rawa dekat makam Teungku Syiah Kuala. Secara kebetulan, pada saat itu crew televisi Inggris sedang meliput di area tersebut, Martunis pun lantas diserahkan kepada mereka.
Pada tanggal 15 Januari 2005 itu, Martunis serta merta disorot crew televisi dan dilihat oleh jutaan mata di televisi Eropa dengan masih mengenakan kaos Portugal.
Pada saat gelombang tersebut Martunis sempat meraih sepotong kayu, dan proses selanjutnya sampai dia memanjat sebatang pohon.
Para bintang sepakbola Portugal lainnya merasa simpati kepada bocah berkulit hitam itu, pada saat itu Cristiano Ronaldo bermain untuk Manchester United.
Asosiasi sepakbola Portugal lantas memberikan hibah 40.000 ribu untuk Martunis, dan CR7 mengangkat anak. Sebagai seorang anak, Martunis mendapatkan berbagai macam fasilitas dari ayah angkatnya.
Itulah sekelumit kisah Martunis yang dramatis. Benar-benar nyata.
Sebagai seorang pemain drama, setidaknya Martunis benar-benar menghayati musibah lainnya, yaitu jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182. Jika dulu Tsunami Aceh mulai 26 Desember (akhir tahun), kini jatuhnya pesawat pada awal tahun, 9 Januari 2021.
Jika tidak dikemukakan oleh Martunis, tidak banyak yang tahu, Ronaldo pernah naik Sriwijaya Air.
Sampai saat ini, Basarnas masih terus bekerja menyisir reruntuhan puing-puing pesawat untuk mencari kemungkinan adanya mereka yang selamat.