Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Kita Percaya Takhayul, Bagaimana dengan Generasi Milenial?

10 Januari 2021   09:04 Diperbarui: 10 Januari 2021   09:08 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain faktor budaya tadi, Dicky menyebutkan faktor lainnya yang melahirkan sebuah takhayul. Faktor kedua adalah ketidaktahuan kita. Ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan logis atau rasional. "Kita bukanlah makhluk yang serba tahu," tuturnya.

Gunung meletus contohnya. Hal itu dianggap dewa yang berdiam di gunung itu sedang murka. Itu menunjukkan keterbatasan manusia dalam mengolah fenomena dan informasi di lingkungan.

Dalam psikologi, menurut Dicky, manusia bukanlah tipe pemikir yang benar-benar berpikir. Manusia punya keterbatasan, maka kita punya yang namanya jalan pintas.

Takhayul itulah jalan pintas, padahal belum tentu keadaan sebenarnya seperti itu.

Kemal menjelaskan tidak ada perbedaan antara takhayul, mitos, dan pamali. "Tidak ada perbedaan. Ketiganya merujuk kepada kesialan dan keuntungan. Terra in cognita, didapatkan dari kondisi yang tidak bisa dinalar," tutur Kemal.

Kemal pun sependapat dengan Dicky, takhayul adalah sebuah jalan pintas untuk menjelaskan sesuatu sehingga perilakunya terarah.

Ada sesuatu yang tidak terjelaskan saat seseorang mengambil bunga melati dari hiasan pengantin. Atau seseorang merasa nyaman dengan adanya larangan makan di piring besar ketika hamil.

Takhayul yang beredar di masyarakat berbagai macam bentuknya. Barangkali Anda sudah mengetahui beberapa di antaranya. Silakan sebutkan apa yang Anda ketahui.

Dicky menilai semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin tinggi pula orang itu tidak memegang takhayul, mitos, atau pamali. Alasannya, karena pendidikan membantu seseorang berpikir lebih bersikap kritis, rasional, dan logis.

Takhayul, mitos, atau pamali apa lagi yang Anda kenal di lingkungan Anda? Tentu banyak dan beragam.

Berandai-andai, kita boleh bertanya kepada Bapak Rudy Gunawan, seorang Numerolog pertama dan satu-satunya di Indonesia, pemegang rekor MURI sekaligus juga seorang Kompasioner. Apa pendapat beliau dengan angka 13?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun