Generasi milenial percaya takhayul? Pada jaman generasi dulu masih banyak orang mempercayai adanya kebenaran dari pandangan tersebut.
Di dunia barat ada istilah triskaidekaphobia. Itu merujuk kepada adanya pengaruh kesialan kepada angka 13. Benarkah?
Rumah Sakit St. Thomas's Hospital di London Inggris terpaksa harus menyingkirkan ranjang nomor 13 dari Rumah Sakit itu karena ketakutan para pasien di sana.
Di Amerika Serikat, mereka kehilangan 900 juta dolar lantaran orang-orang tidak mau bekerja atau naik pesawat pada tanggal 13.
Di masa kecil, teman saya memperingatkan agar jangan kencing di seputar kuburan. Ada lagi yang mengatakan pantang bagi seorang gadis yang belum menikah berdiri di depan pintu.
Mengapa kita percaya takhayul?
Mari kita lihat jawaban itu dari dua orang psikolog, yaitu Teuku Kemal Fasya, S.Ag , M Hum., seorang staf pengajar di Departemen Antropologi FISIP Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh. Dan Dicky Peluppesi, S.Psi., seorang staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Kemal Fasya mengatakan takhayul merupakan kepercayaan supranatural, berhubungan dengan kepercayaan tak masuk akal di masyarakat modern yang bukan dari tuntunan agama.
Kemal membatasi takhayul menjadi dua, yaitu kepercayaan yang berhubungan dengan perasaan atau aspek psikologis yang tidak memiliki urutan nalar dan keyakinan agama. Satu batasan lagi menurut Kemal takhayul itu sesuatu yang tidak diatur di dalam agama dan tak dapat dibuktikan dengan sains.
Sedangkan Dicky menjelaskan takhayul itu bagian dari budaya, dan budaya itu menjadi salah satu dasar perilaku manusia.
Dalam budaya itu kan ada praktek-praktek yang diajarkan generasi sebelumnya. "Takhayul itu itu berproses dari generasi sebelumnya, bisa saja itu bagian dari kebiasaan," kata Dicky.