Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik

Duh! Pembebasan Ba'asyir Jadi Sorotan Dunia, Media Israel Sebut Dalang Bom Bali

6 Januari 2021   10:05 Diperbarui: 6 Januari 2021   10:15 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abu Bakar Ba'asyir (banjarmasin.tribunnews.com)


Kabar akan dibebaskannya tersangka Bom Bali 2002 Abu Bakar Ba'asyir ternyata telah menjadi sorotan dunia internasional. Bahkan salah satu media terkemuka Israel, Jerusalem Post. 

Jerusalem Post edisi Senin (4/1/2020) memuat berita dengan judul "Indonesia to Release Suspected Bali Bombings Mastermind Bashir".

Ba'asyir disebutkan media itu dengan Bashir.

Foto yang menyertai artikel tersebut Ba'asyir nampak berpakaian putih-putih, berpeci putih, janggutnya panjang putih dan berkacamata. Ba'asyir nampak diapit oleh dua orang di kanan kirinya yang juga berpakaian serba putih dan beberapa orang lainnya.

Beberapa hari sebelumnya tersiar kabar bahwa Abu Bakar Ba'asyir (82 tahun) akan dibebaskan pada Jum'at (8/1/2021). Katakanlah itu sebagai hadiah tahun baru bagi Ba'asyir mengingat usianya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan.

Abu Bakar Ba'asyir yang dilahirkan di Jombang, Jawa Timur, 17 Agustus 1938 merupakan seorang tokoh Islam keturunan Arab. Dia adalah pemimpin MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) dan salah seorang pendiri Pondok Pesantren Al Mu'min.

Dunia internasional menuding Jamaah Islamiyyah (JI) yang dipimpin Ba'asyir mempunyai hubungan erat dan berafiliasi dengan Al Qaeda. Ba'asyir sendiri membantah jika organisasi yang dipimpinnya terkait dengan terorisme.

JI juga dituding merencanakan beberapa serangan di Indonesia. Pasukannya digadang-gadang sudah melakukan pelatihan di Filipina Selatan, Pakistan, dan Afganistan.

Pemboman Bali yang legendaris yang menewaskan lebih 200 orang pada 2002 dan pemboman Hotel J.W. Marriott Jakarta yang menewaskan 12 orang digadang-gadang dilakukan oleh anggota JI pimpinan Ba'asyir.

Bom Bali 2002 atau disebut  juga dengan Bom Bali I terjadi pada 12 Oktober 2002. Angkanya memang unik. Terjadi pada tahun 2002 pada 12-10. Korban yang tewas berjumlah 202 orang, luka-luka 209 orang. Kebanyakan korban yang tewas dan luka-luka berasal dari Australia. Mereka umumnya adalah para wisatawan yang datang untuk berlibur ke Pulau Dewata itu.

Ledakan pertama terjadi di Sari Club dan Paddy's Club di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan kedua terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, kendati jaraknya cukup berjauhan.

Bom yang digunakan merupakan jenis RDX yang berbobot 50-150 kg. Pada tahun 2005 juga terjadi lagi ledakan dengan skala yang lebih kecil, itulah yang disebut dengan Bom Bali II.

Peristiwa terparah dalam sejarah terorisme di Indonesia itu lantas diangkat ke layar lebar dengan judul "Long Road to Heaven" yang diperankan oleh antara lain Alex Komang dan Surya Saputra, juga beberapa pemeran lainnya dari Australia.

Anggota JI yang paling menjadi pentolan dalam aksi itu dan diganjar hukuman mati atau seumur hidup antara lain Imam Samudra, Amrozi, Ali Ghufron, Abdul Gani, dan lain-lain.

Dalam sejarahnya pada era Orde Baru Ba'asyir pernah melarikan diri dan tinggal di Malaysia selama 17 tahun karena penolakannya terhadap asas tunggal Pancasila.

Pada 16 Juni 2011 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan Ba'asyir 15 tahun penjara atas keterlibatannya pada dukungan pendanaan dan aksi terorisme di Indonesia.

Rencana pembebasan Ba'asyir itu senyatanya dikatakan oleh Rika Aprianti, juru bicara Direktorat Jenderal Pemasyarakatan di Kementerian Hukum dan HAM. "Ba'asyir akan dibebaskan pada Jum'at....".

Kabar bakal dibebaskannya Ba'asyir itu didengar oleh Kantor Berita Reuters, akan tetapi pengacara Ba'asyir menolak memberikan komentar yang diminta Reuters.

Pada intinya Reuters memberitakan Ba'asyir akan dibebaskan pada Jum'at (8/1/2020). Pernyataan itulah yang lantas dilansir oleh Jerusalem Post.

Ridwan Habib, seorang analis keamanan, mengatakan kendati pun Abu Bakar Ba'asyir sudah melemah, akan tetapi bukan tidak mungkin para ekstremis menghubungkan aktivitas mereka dengan Ba'asyir, tokoh senior Jihadis Indonesia.

"Bukan tidak mungkin nama besarnya digunakan," kata Ridwan.

Mengingat usianya yang sudah sepuh dan sakit-sakitan, berdasarkan kemanusiaan, pada Januari 2019 lalu Presiden Jokowi sempat mempertimbangkan untuk membebaskan Ba'asyir lebih awal.

Akan tetapi hal itu menjadi batal lantaran Ba'asyir dilaporkan menolak janji setia kepada ideologi negara Indonesia.

Pada salah satu kasus sakit terakhirnya, pria yang mendekam di Lapas Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, itu mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta lantaran aliran darahnya bermasalah sehingga kakinya bengkak, dalam medis disebut dengan vena.

Vena Ba'asyir tidak kuat memompa darah ke atas sehingga menyebabkan kaki sang Ustadz bengkak. Dokter mengatakan dalam usia seperti itu, masalah bisa datang kapan saja jika tidak mendapatkan perawatan yang benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun