Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pattimura, Pahlawan dari Maluku, Anda Terkesan dengan Kalimat Heroiknya?

28 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 28 Desember 2020   10:31 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak ditekennya Traktat London tadi pada 13 Agustus 1814, Korps Ambon pun lantas dibubarkan oleh Belanda, dengan serta merta karenanya Pattimura berhenti dari pendidikan dinas militer. Itulah cikal bakal mengapa Pattimura "hanya" mendapatkan pangkat sersan.

Belanda ternyata sangat bengis dan merugikan rakyat Maluku. Di sinilah jiwa pahlawan Pattimura tersulut serta bergelora, perjuangannya pun serta merta mendapatkan dukungan dari tokoh-tokoh adat, para raja dan tentunya rakyat Maluku sendiri.

Pattimura diangkat menjadi pemimpin perjuangan dalam perlawanan kepada Belanda dan untuk itu dia pun diberikan gelar Kapitan.

Perlawanan rakyat Maluku yang dipimpin Kapitan Pattimura membuahkan hasil yang gilang gemilang. Pada 16 Mei 1817 Pattimura menyerbu pasukan Belanda dan berhasil merebut benteng Duurstede, benteng terkuat di Kepulauan Maluku.

Pasukan Belanda dihancurkan oleh mereka. Tidak berhenti sampai di situ, kemenangan berikutnya juga berhasil diraih Pattimura yang didampingi para pembantu militernya, di antaranya adalah Christina Martha Tiahahu, pahlawan wanita yang tersohor dalam sejarah.

Tak pelak Belanda merasa terpukul dengan keberhasilan Pattimura cs yang lagi-lagi meraih kemenangan demi kemenangan. 

Dalam kegeramannya, Belanda lantas mengangkat Laksamana Buykes, salah seorang perwira militer terbaik yang dimiliki mereka untuk memimpin penyerangan kepada Pattimura cs.

Kendati dilengkapi dengan persenjataan yang "modern" dan jumlah pasukan yang banyak, akan tetapi mereka tetap mengalami kesulitan untuk mengalahkan Thomas Matulessy cs.

Tidak putus asa, dalam upaya merebut kembali wilayah-wilayah yang digaet Thomas Matulessy cs, Belanda lantas mencari strategi yang lain. Apa itu?

Belanda menjalankan politik adu domba, alias Divide et Impera. Dua pentolan perlawanan Pattimura, masing-masing Thomas Tuwanakotta dan Pati Akoon dibujuk rayu Belanda untuk membocorkan keberadaan Thomas Matulessy.

Thomas Matulessy cs lantas berhasil dicokok Belanda pada tanggal 11 Nopember 1817 di sebuah rumah di Siri Sori, Maluku Tengah. Pattimura cs lantas duduk di pesakitan dengan ancaman hukuman gantung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun