Entah alasan apa, lantas daerah itu kemudian dinamakan juga no man's land (tanah tanpa manusia).
Perwakilan tiga negara memperbincangkan perayaan natal pada sekitar tanggal 25 Desember 1914. Acara apa yang akan digelar?
Dari hasil rembugan itu dihasilkan salah satunya adalah menggelar pertandingan sepakbola. "Kompetisi" itu diikuti oleh ketiga negara yang berembug tadi, yaitu Inggris, Perancis, dan Jerman.
Para pemainnya adalah pasukan yang terjun di perang itu. Dalam kompetisi, dikabarkan tentara Jerman mengalahkan tentara Inggris dengan skor 3-2.
Graham Brookland, seorang tentara Inggris, mengatakan jika kompetisi itu diikuti juga para tentara yang berasal dari kewarganegaraan lain selain Inggris, Perancis, dan Jerman.
Menurut Letnan Kurt Zehcmisch dari pasukan Jerman, tentara Inggris lah yang paling angot bermain bola.
Tidak diketahui berapa skor akhir dari setiap laga yang digelar di no man's land itu, namun yang pasti keterlibatan banyak pihak bermain ikut kompetisi itu tercatat dalam sejarah mereka merayakan sukacita dalam semangat perdamaian dan kasih di Hari Natal.
Sangat disayangkan kemudian, sukacita Natal itu tidak terulang lagi pada tahun-tahun sesudahnya. Ambisi dan kerasnya peperangan melenyapkan keajaiban sukacita Hari Raya Natal sampai berakhirnya Perang Dunia ke 1 pada tahun 1918.
Dalam perjalanannya ke depan, tercatat ketiga negara yang berembug itu yaitu Inggris, Perancis, dan Jerman kemudian menjadi salah satu kiblat dan kekuatan sepakbola dunia.
Namun yang paling gila adalah Inggris. Mereka menggelar laga-laga sepakbola yang padat justru di sekitar Natal dimana seharusnya Natal dan Tahun Baru adalah waktunya liburan, berkumpul bersama keluarga dan handai taulan.
Inggris benar-benar gila bola. Konon selain bertujuan untuk menghibur para penonton di rumah yang sedang merayakan Natal, sembari duduk-duduk menikmati kue-kue Natal.