Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Suku Lingon Bermata Biru, Misteri yang Belum Terpecahkan, Ada Apa dengan Mereka?

18 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 18 Desember 2020   10:28 1595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di antara kesamaan ada perbedaan. Jika perbedaan itu masih sama juga dengan kita, maka itu menjadi sesuatu yang menarik perhatian dan disorot.

Di sini kita akan melihat Suku Lingon yang tinggal di Halmahera, Propinsi Maluku Utara, Indonesia.

Suku Lingon ini menjadi sorotan lantaran muka dan fisiknya berbeda dengan suku-suku lain yang ada di Nusantara ini. Yang paling menonjol dari Suku Lingon ini adalah mata mereka berwarna biru.

Selain matanya seperti orang-orang dari Eropa, tidak sedikit dari Suku Lingon ini yang fisiknya tinggi, berkulit putih, atau berambut pirang.

Selain bermata hijau, namun ada juga mereka yang berkulit sawo matang seperti kebanyakan orang Indonesia pada umumnya.

Apa yang terjadi, inilah yang menarik perhatian. Apakah mereka mempunyai kelainan. Atau apakah ini juga sebuah kelebihan yang dimiliki mereka, karena konon mereka juga cantik-cantik, atau tampan-tampan jika itu lelaki.

Barangkali itu yang menjadi standar yang dinilai bagi sebuah kecantikan, pada kenyataannya tidak sedikit dari gadis-gadis Suku Lingon yang konon diculik untuk dijadikan isteri mereka yang berasal dari luar Suku Lingon.

Anehnya lagi, Suku Lingon ini tinggal di daerah pedalaman, atau di hutan-hutan yang jauh dari modernisasi. Dan Suku Lingon juga kabarnya masih menganut faham animisme dan dinamisme.

Seperti diketahui, faham animisme ini, yaitu pemujaan kepada arwah-arwah leluhur, dan dinamisme atau pemujaan kepada benda-benda dianut oleh nenek moyang kita pada sebelum akhir-akhir menjelang tarikh Masehi. Seluruh populasi Nusantara saat itu masih menganut kedua faham itu, yaitu animisme dan dinamisme.

Nenek moyang kita sudah mulai mengenal agama seiring kedatangan orang-orang dari India, Cina, atau Arab.

Hindu dan Buddha menjadi yang lebih awal masuk Nusantara. Hindu dibawa oleh musafir asal India yang bernama Dwipayana, sedangkan Buddha dibawa musafir asal Cina yang bernama Fa Hien.

Mulai abad ke 4 Masehi di Nusantara mulai bermunculan kerajaan-kerajaan dari Hindu Budhha. Jika kerajaan dan rajanya beragama Hindu atau Buddha, perlahan-lahan rakyat di Nusantara terdampak juga. Mereka mulai menganut agama itu.

Sedangkan Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh orang-orang dari Persia (Iran sekarang). Dalam lawatan dagangnya orang-orang Persia masuk ke Nusantara pada sekitar ke 13, setelah sebelumnya mereka singgah dulu di Gujarat, India.

Dalam perkembangannya kemudian, hingga masa modern ini, agama Islam menjadi mayoritas di Indonesia. Mereka umumnya sudah memeluk salah satu agama sesuai dengan keyakinannya masing-masing, Islam, Kristen, Buddha, Hindu, dan sebagainya.

Namun dalam perkembangannya, hingga kini masih ada segelintir masyarakat yang belum terjamah oleh salah satu agama tersebut.

Secara kasat mata, kita juga masih melihat mereka yang percaya kepada pemujaan leluhur atau benda-benda dengan cara mereka masing-masing.

Dan salah satu suku yang dimaksud adalah yang sedang kita bicarakan saat ini, yaitu Suku Lingon. Mereka ternyata masih animisme dan dinamisme.

Hasrat ingin tahu apa yang menyebabkan Suku Lingon ini nyentrik, terutama bermata hijau yang konon indah. Apakah pernah ada penelitian yang menyelidiki mengapa mereka nyentrik?

Dalam suatu kesempatan, orang-orang Lingon sempat menganut agama Katolik yang diajarkan oleh misionaris dari Portugis. Namun mereka balik lagi ke kepercayaan semula yaitu animisme dan dinamisme lantaran mereka harus beradaptasi dengan lingkungan.

Jika Anda ingin menemui suku nyentrik ini, maka itu tidak semudah apa yang diperkirakan. Karena mereka bermukim di hutan-hutan belantara yang jauh dari jangkauan manusia modern.

Melihat fisik demikian, maka timbul teori jika mereka masih keturunan Ras Kaukasoid yang ada di benua biru Eropa. Dan dugaan mereka juga banyak yang kawin dengan orang-orang Eropa, dalam hal ini orang-orang Portugis.

Dahulunya konon ada serombongan orang Portugis yang kapalnya terdampar di Halmahera. Lantaran sesuatu sebab, orang-orang Portugis itu lantas harus menetap di pulau itu, bahkan mereka akhirnya memasuki hutan belantara dan nampaknya di sinilah mereka bertemu dengan orang-orang Lingon dan kawin dengan mereka.

Orang-orang Lingon memang sulit diajak ke kehidupan modern, karena mereka sudah betah dan terbiasa dengan keseharian sebelumnya.

Beberapa teori mengatakan sebenarnya Suku Lingon ini sudah punah meski asumsi itu tidak didukung dan tidak adanya penelitian mengenai hal itu. Asumsi lain mengatakan Suku Lingon ini sudah berbaur dengan suku-suku lainnya di Kepulauan Maluku.

Ada pun tujuan bangsa Portugis itu datang ke Maluku, selain untuk mencari rempah-rempah di Hindia-Belanda, mereka juga membawa misi untuk menyebarkan agama Katolik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun