Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Sandalnya Dicuri, Gus Dur: Bukan Mencuri tapi Mencari Keberkahan

17 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 17 Desember 2020   17:41 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur tertawa (rembes.net)


Siapa bilang tokoh legendaris Kyai Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur tidak pernah kecolongan dalam perjalanan hidupnya?

Seperti diketahui, Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI ke 4 menggantikan presiden sebelumnya, BJ Habibie. Pria kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 itu menikmati masa keemasannya sebagai orang nomor satu di republik ini dalam kurun waktu yang cukup singkat, yaitu periode 20 Oktober 1999-23 Juli 2001.

Sebagai seorang KH dan bergelar Doktor Honoris Causa, tentunya dia akrab dengan mereka yang Muslim sejati. Karena beliau adalah tokoh utama di Nahdlatul Ulama. Beliau juga adalah pendiri dari PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) seperti yang kita kenali sekarang ini. 

Namun ada sesuatu pengalaman yang tiada akan terlupakan pada salah satu insiden yang dialami Gus Dur. Peristiwa itu terjadi beberapa saat sebelum digelarnya Pemilihan Presiden 1999, dimana pada akhirnya Gus Dur terpilih menjadi orang nomor satu di republik ini.

Di kalangan kyai setidaknya ada khidmat berupa penghormatan kepada mereka yang dianggap lebih tua, lebih pandai, lebih berhikmat, atau lebih pandai dalam hal beragama.

Ketika itu, Gus Dur pun "menua kan" KH Najmuddin, di Majenang. Tepatnya di sebuah Pondok Pesantren pimpinan KH Naj, sebutan untuk KH Najmuddin.

Istilahnya Gus Dur itu sowan ke KH Naj.

Usai sowan dan bincang-bincang dengan KH Naj, namun tidak diketahui apa yang diperbincangkan kedua mereka selama kurang lebih empat jam. Gus Dur berniat untuk sholat di sebuah mesjid di dekat lokasi tersebut.

Nampak apa yang terjadi kemudian, Gus seperti kebingungan mencari sandalnya. Ternyata sandalnya tinggal satu (bukan sepasang). 

Santri-santri dan pengurus Pondok Pesantren pun bersatu-padu membantu mencarikan pasangan sandal Gus Dur yang satunya lagi.

Namun upaya mereka sia-sia, karena tidak ditemukan yang dimaksudkan.

Gus Dur dan mereka yang ada di sana menduga pasti ada yang mencuri harta Gus Dur. Sebagai seorang kyai Gus Dur tidak terpancing emosinya untuk marah-marah. Siapa yang mencurinya?

"Si pencuri bukan ingin mencuri, tetapi mencari keberkahan," ujar Gus Dur.

Alhasil, Gus Dur pun segera naik mobil dengan hanya menggunakan sebelah sandal. Tidak perlu dibesar-besarkan, mungkin dalam hati beliau.

Siapa pencurinya, sampai kini belum diketahui, namun yang pasti dugaan kuat adalah dari salah satu santri di Ponpes tersebut.

Mencuri jelas salah satu sifat yang dilarang agama. Bakal ada hukuman yang menanti kepada barang siapa saja yang melakukan perbuatan itu.

Namun dalam suatu Ponpes, banyak barang-barang milik santri yang sangat sulit dilindungi masing-masing. Apakah itu sabun, pasta gigi, handuk, shampoo, baju, dan sebagainya. Barangkali bisa saja barang-barang itu tertukar satu sama lain, atau ada yang mencurinya.

Apakah ini mendapatkan kerelaan dari santri yang dicuri barang-barangnya oleh santri lain?.

Dalam hal ini sikap persaudaraan harus diterapkan satu sama lain ketika tinggal bersamaan dalam suatu "rumah". Harus ditanamkan juga sikap anti mencuri dengan niat jahat.

Suatu sifat mulia yang patut dipuji yang kerap diperlihatkan para santri di Ponpes adalah sikap karomah dan keberkahan.

Sikap keberkahan ini antara lain adalah mencium tangan Sang Kyai sebagai orang yang dihormati.

Sesudah kejadian itu, tak lama kemudian, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pun dipilih oleh mayoritas MPR RI menjadi orang nomor satu di negeri ini dengan wakilnya Megawati Soekarnoputri.

Hingga kini belum diketahui siapa pencuri sendal satunya lagi milik Gus Dur, akan tetapi si pencuri pasti bangga, karena Gus Dur kini bahkan sudah menjadi Presiden.

Kata-kata Gus Dur pasti selalu diingat si pencuri. "Orang itu (si pencuri) tidak punya niat untuk mencuri, tapi mencari keberkahan,".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun