Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kendati di Satu Pulau, Kenapa Bahasa Sunda dan Bahasa Jawa Berbeda?

3 Desember 2020   10:05 Diperbarui: 3 Desember 2020   10:49 8079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Urang Sunda (phinemo.com)


Kendati hidup dalam satu pulau yang sama yaitu Pulau Jawa, akan tetapi mengapa suku Sunda memiliki bahasa yang berbeda dengan rekan-rekannya di wilayah Tengah dan Timur?

Wilayah Jawa Barat berbahasa Sunda, sedangkan Jawa Tengah dan Jawa Timur berbahasa Jawa. Kendati dialek mereka (Tengah dan Timur) memiliki kekhasan masing-masing.

Kisahnya berawal dari Kerajaan Pajajaran yang tidak mau tunduk kepada Kerajaan Majapahit. Kendati saat itu Maha Patih Gajah Mada berhasil mewujudkan sumpahnya yaitu mewujudkan satu kesatuan Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit.

Akan tetapi Kerajaan Pajajaran di wilayah Sunda yang hanya menguasai sepertiga Pulau Jawa, mereka tidak bisa ditundukkan oleh Majapahit, orang-orang Sunda ingin tetap mempertahankan budaya dan adat istiadat mereka yang khas. Bandingkan dengan Majapahit yang menguasai nyaris seluruh wilayah Asia Tenggara.

Pajajaran bukanlah kerajaan yang lemah, Majapahit pun tidak dapat menganeksasi Pajajaran. Begitu pula dengan Kerajaan Singasari, yang tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Pajajaran.

Itulah cikal bakal mengapa hingga sekarang kendati satu pulau, akan tetapi Bahasa Sunda berbeda dengan Bahasa Jawa

Seorang penjelajah bangsa Portugis yang bernama Tome Pires pada abad ke 16 menulis sejumlah catatan mengenai penduduk di wilayah Sunda. Catatan kuno yang ditemukan di Eropa ini diberinya judul Suma Oriental.

Tome Pires menulis saat itu orang Sunda dan Jawa sudah mengenal apa yang disebut perdagangan. Kendati kurang akrab, akan tetapi Sunda dan Jawa tidak dapat dianggap bermusuhan. 

Adanya persaingan perdagangan antara orang Sunda dan Jawa menyebabkan adanya perbedaan bahasa antara orang Sunda dan Jawa hingga ke dunia modern sekarang ini.

Lagi pula, leluhur orang Sunda itu berbeda, mereka berasal dari Tatar Pasundan, kendati fisik dan muka antara orang Sunda dan Jawa tidak berbeda.

Pires juga mencatat jika jiwa melaut orang Sunda tinggi dan lebih berani ketimbang orang Jawa.

Berandai-andai jika Anda sering menonton film Kian Santang atau Kembalinya Raden Kian Santang yang edar tiap malam di MNCTV, maka di kisah yang menarik itu ada disebut-sebut nama Kerajaan Pajajaran dengan rajanya yang termasyhur Prabu Siliwangi.

Memang kisah Kian Santang diambil dari era keemasan Pajajaran masa itu.

Pajajaran yang memeluk Hindu memang didirikan oleh "urang Sunda". Masa kerajaan ini bergulir antara 1130 M dan 1579 M.

Sejarah akan berkata lain, jika saja Pajajaran dapat direbut oleh Majapahit. Padahal saat itu, Perdana Menteri Majapahit yaitu Gajah Mada sudah bersumpah tidak akan makan buah palapa sebelum seluruh Nusantara dipersatukan.

Pajajaran ternyata mampu menggagalkan ambisi Gajah Mada!

Para ahli sejarah meyakini jika pusat kerajaan Pajajaran adalah Dayo, atau yang sekarang adalah wilayah kota dan kabupaten Bogor.

Pires juga mencatat jika sang raja lebih sering berada di Dayo. Raja mempunyai istana yang megah tempat beliau ber singgasana yang dibuat dari 330 ukiran kayu pilihan, dengan liak liuk ukirannya yang sangat indah.

Sementara pada 1856, Crawfud mengadakan penelitian di Dayo untuk memastikan lokasi tersebut benar adanya ibukota Kerajaan Hindu Pajajaran. Crawfud menemukan di wilayah yang sekarang dikenal dengan Batutulis itu terdapat reruntuhan istana, puing-puing kerajaan, dan prasasti.

Dari namanya, Batutulis, memang di lokasi itu dulunya ditemukan prasasti batu bertulis, yang kini masih terpelihara.

Segala hasil penelitian itu, Crawfud menuliskan dalam "A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjent Countries".

Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyebutkan jika jarak antara Dayo (Dayeuh) dengan Sunda Kelapa (Jakarta sekarang) dengan "dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa".

VOC juga sempat menyebutkan jika jarak antara Pakuan (tempat Raja Pajajaran memerintah) ke Muara sungai Ciliwung (benteng VOC) juga sama dengan apa yang dikatakan Tome Pires, yaitu dua hari perjalanan.

Rilis teranyar dari Badan Pengembangan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyebutkan jika di Indonesia ini ada 652 bahasa daerah.

Jangan tanggung-tanggung, jika Anda orang Sunda, Bahasa Sunda ternyata hanya kalah dari Bahasa Jawa sebagai bahasa daerah yang paling banyak digunakan di Indonesia.

Seperti halnya Bahasa Sunda, Bahasa Jawa pun ada tingkatannya. Bahasa kasar dan bahasa halus.

Beritabaik.id menempatkan Bahasa Betawi di urutan ke 10 bahasa yang banyak digunakan di Indonesia.

Bahasa Betawi merupakan anak bahasa Melayu. Bahasa yang digunakan orang Betawi ini selain Melayu juga campuran dari sana-sini, seperti Sunda, Cina, Arab, dan sebagainya. Karenanya Bahasa ini unik, tidak ada struktur baku dalam Bahasa Betawi, mereka berkembang secara alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun