Berandai-andai jika Anda sering menonton film Kian Santang atau Kembalinya Raden Kian Santang yang edar tiap malam di MNCTV, maka di kisah yang menarik itu ada disebut-sebut nama Kerajaan Pajajaran dengan rajanya yang termasyhur Prabu Siliwangi.
Memang kisah Kian Santang diambil dari era keemasan Pajajaran masa itu.
Pajajaran yang memeluk Hindu memang didirikan oleh "urang Sunda". Masa kerajaan ini bergulir antara 1130 M dan 1579 M.
Sejarah akan berkata lain, jika saja Pajajaran dapat direbut oleh Majapahit. Padahal saat itu, Perdana Menteri Majapahit yaitu Gajah Mada sudah bersumpah tidak akan makan buah palapa sebelum seluruh Nusantara dipersatukan.
Pajajaran ternyata mampu menggagalkan ambisi Gajah Mada!
Para ahli sejarah meyakini jika pusat kerajaan Pajajaran adalah Dayo, atau yang sekarang adalah wilayah kota dan kabupaten Bogor.
Pires juga mencatat jika sang raja lebih sering berada di Dayo. Raja mempunyai istana yang megah tempat beliau ber singgasana yang dibuat dari 330 ukiran kayu pilihan, dengan liak liuk ukirannya yang sangat indah.
Sementara pada 1856, Crawfud mengadakan penelitian di Dayo untuk memastikan lokasi tersebut benar adanya ibukota Kerajaan Hindu Pajajaran. Crawfud menemukan di wilayah yang sekarang dikenal dengan Batutulis itu terdapat reruntuhan istana, puing-puing kerajaan, dan prasasti.
Dari namanya, Batutulis, memang di lokasi itu dulunya ditemukan prasasti batu bertulis, yang kini masih terpelihara.
Segala hasil penelitian itu, Crawfud menuliskan dalam "A Descriptive Dictionary of the Indian Islands and Adjent Countries".
Dalam Suma Oriental, Tome Pires menyebutkan jika jarak antara Dayo (Dayeuh) dengan Sunda Kelapa (Jakarta sekarang) dengan "dua hari perjalanan dari Sunda Kelapa".