Menurutnya rakyat Papua merasa terganggu keamanannya karena semakin maraknya kekerasan di wilayah Papua Barat dan Papua yang diduga dilakukan oleh TNI dalam beberapa bulan terakhir.
Shamdasani mengatakan pasukan keamanan telah membunuh pendeta Yeremia Zanambani. Tubuh Zanambani lantas diketemukan dengan penuh peluru dan luka tusuk di rumahnya di distrik Hitadipa.
Kekerasan yang terjadi juga ada di bulan September dan Oktober yang lalu. Dalam bentrokan, setidaknya ada 6 pekerja gereja dan 2 anggota pasukan keamanan yang tewas.
Shamdasani juga menceritakan kejadian kekerasan yang terakhir, yaitu pada 23 Nopember lalu dimana seorang remaja terbunuh dan seorang lainnya terluka karena ditembak polisi.
Ada setidaknya 40 orang yang pro kemerdekaan yang melancarkan protes, lantas mereka ditangkap.
Seperti diketahui, secara geografis, wilayah Papua dan Papua Barat merupakan wilayah yang bertetangga dengan Papua Nugini di sebelah timur. Mereka berada di satu pulau yaitu Pulau New Guinea.
Kendati dikuasai Indonesia, secara fisik, penduduk Papua Barat berlainan dengan fisik orang-orang Indonesia pada umumnya. Mereka lebih mirip dengan orang-orang dari kepulauan Kaledonia Baru, Fiji, Vanuatu, Kepulauan Solomon, dan Papua Nugini.
Perbedaan itu juga yang menjadi salah satu alasan Papua Barat ingin lepas dari NKRI.
Paska merdeka dari Belanda, militer Indonesia menganeksasi wilayah yang disebut juga dengan kepala burung itu pada tahun 1962.
Dalam sebuah referendum yang disponsori PBB pada tahun 1969 mayoritas rakyat Papua memilih untuk menjadi bagian dari Indonesia.
Sebagai bagian dari NKRI, tentunya Papua dan Papua Barat juga mendapatkan fasilitas dan APBN untuk membangun wilayah itu.