"Belanja masyarakat ini menjadi motor penggerak perekonomian. Memotong liburan berarti mengurangi ekspektasi pemulihan ekonomi," kata Gunawan.
Akan tetapi jika liburan tidak dikurangi, maka kekhawatiran kasus Covid-19 yang meningkat berpotensi terjadi. Jumlah kasus Covid-19 bakalan meningkat.
Jika liburan dipangkas, maka dendam mereka belum terpuaskan terkait liburan panjang Hari Raya Idul Fitri lalu yang dibatalkan pemerintah. Padahal liburan Lebaran bagi masyarakat Indonesia adalah hari yang sangat dinanti-nantikan tiba setiap tahunnya, terlebih untuk kaum Muslimin.
Selain untuk refreshing dari segala kerutinan yang menjejali sepanjang tahun, mereka juga rindu bertemu dengan sanak saudara di kampung halamannya untuk bersilaturahmi.
Masyarakat akan bingung karena mereka sudah merencanakan apa saja yang akan dilakoni pada liburan itu, bahkan mereka sudah memesan tiket jauh-jauh hari.
Penjualan mobil seken biasanya meningkat menjelang liburan panjang Nataru. Dikutip dari KOMPAS edisi Senin (30/11/2020) ada sembilan mobil bekas yang terjual dalam sebulan terakhir di Pasar Mobil Kemayoran, Jakarta Pusat.
Para pengusaha yang terkait, misalnya perhotelan, tempat wisata, dan sebagainya juga harus rela pendapatannya menurun.
Jika dipangkas, maka belanja masyarakat akan tertahan, lebih hemat dalam menghabiskan uangnya.
Senada dengan Benjamin, saya berpendapat pilihan pemerintah untuk memangkas liburan sangat kecil. Klaster Covid-19 yang jadi masalah utamanya, akan tetapi dampak kepada geliat ekonomi baik yang harus dipertimbangkan.
Mengurangi liburan panjang terlihat mudah, tetapi sulit dalam implementasinya. Dalam hal ini pemerintah nampaknya akan menganjurkan untuk lebih lagi menerapkan "Pesan Ibu".
Ingat pesan ibu, pakai maskermu, jaga jarakmu, cuci tangan pakai sabun, hindari kerumunan, jaga keluargamu.