Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Menimpa Rumah di Tapanuli Tengah, Meteorit Juga Pernah Jatuh di Prambanan

23 November 2020   09:01 Diperbarui: 23 November 2020   09:09 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Media dalam dan luar negeri gempar ketika melaporkan bahwa seorang warga di Tapanuli Tengah kejatuhan benda meteorit dari luar angkasa.

Josua Hutagalung (34) yang sehari-harinya berprofesi sebagai seorang pembuat peti mati, pada tanggal 1 Agustus 2020 lalu dikejutkan oleh suara bergemuruh. Ada sesuatu benda yang jatuh menimpa atap rumahnya, ketika dia sedang menyelesaikan pekerjaannya membuat peti mati.

Selanjutnya, diketahui benda yang menimpa rumahnya itu batu langka berasal dari luar angkasa, beratnya adalah 1,8 kilogram.

Jared Collins, seorang warga negara Amerika Serikat yang tinggal di Bali, setelah membaca berita itu, lantas menghubungi Josua di rumahnya. Setelah memeriksa keaslian batu itu, memang benar batu meteorit itu langka dan sangat berharga.

Jared lantas sepakat dengan Josua, batu-batu itu pindah kepemilikan. Dengan kata lain, Josua bersedia menjual temuannya. Batu itu dijualnya dengan harga 757 poundsterling, atau sekitar Rp 14,1 juta per gramnya. Dia menjual keseluruhannya, alhasil Josua ketiban rejeki Rp 26 miliar.

Dari media-media Inggris, belakangan diketahui jika sang pembeli asli benda-benda langka itu bukanlah Jared Collins. Jared hanyalah perantara. Dia mendapat suruhan dari kliennya, seorang kolektor batu-batu meteorit di Arizona State University, dia adalah Jay Piatek, seorang pria yang bergelar doktor.

Andi, seorang peneliti dari LAPAN, mengatakan jika masyarakat ada menemukan benda-benda luar angkasa itu agar melaporkan ke LAPAN (Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional). Andi juga mengatakan seseorang yang menemukan benda itu mempunyai hak untuk memiliki atau menjualnya, seperti yang dilakukan oleh Josua Hutagalung.

Nenek moyang kita ternyata sudah mengenal batu-batu meteorit itu bahkan sebelum abad ke 6. Beberapa sumber menyebutkan, Empu Gandring yang terkenal dalam sejarah sebagai Empu, alias ahli pembuat keris, juga disinyalir menggunakan bahan-bahan meteorit itu untuk membuat keris.

Batu meteorit yang mengandung logam sangat baik digunakan sebagai bahan pembuatan keris, keris-keris itu jadinya ringan namun sangat kuat.

Pada masa Kerajaan Singasari, raja sekaligus pendiri Kerajaan Singasari, Ken Arok, lantas memesan Empu Gandring agar dibuatkan keris untuknya.

Setelah keris yang dibuat Empu Gandring dari bahan-bahan meteorit tadi selesai, lantas diserahkan kepada Ken Arok. Ken Arok lalu menikam kan keris itu ke Empu Gandring, si pembuat keris itu sendiri.

Keris buatan Empu Gandring itu luar biasa. Bahkan penguasa Tumapel, Tunggul Ametung, yang konon mempunyai kekebalan, dapat dikalahkan oleh keris buatan Empu Gandring.

Penemuan batu meteorit di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara itu membuka ingatan kepada masa lalu, ketika benda-benda langit itu pernah jatuh juga di kawasan Prambanan, Jawa Tengah.

Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Solo, KRA Dany Narsugama, mengatakan batu-batu meteorit berukuran besar pernah jatuh di wilayah Prambanan di sekitar tahun 1700. Benda-benda tersebut pecah menjadi beberapa bagian, bagian besar dan bagian kecil.

Pecahan-pecahan tersebut lalu dibawa ke Keraton Solo. Peristiwa ini terjadi pada masa Raja Pakubowono ke 3.

KRA Narsugama menceritakan lokasi jatuhnya batu-batu itu di sekitar Prambanan, banyak dikunjungi masyarakat untuk mencari pecahan-pecahan kecil yang nantinya digunakan untuk pembuatan keris. Sedangkan "Kiai Pamor" digunakan sebagai bahan baku pembuatan keris khusus untuk Keraton Solo.

"Kiai Pamor" adalah pecahan-pecahan batu yang besar-besar.

Sebelum dibentuk menjadi keris, "Kiai Pamor" disakralkan bahkan dibuatkan cungkup untuk menyimpan "Kiai Pamor" pada masa pemerintahan Raja Keraton Solo Pakubowono ke 9.

KRA Narsugama juga menjelaskan meteorit yang jatuh di sekitar Prambanan itu mengandung unsur-unsur logam yaitu niobium, titanium, besi, dan kapur. "Dengan unsur-unsur tersebut maka warna keris menjadi lebih cemerlang," tuturnya.

KRA Narsugama menjelaskan apa yang ditemukan di Tapanuli Tengah pada 1 Agustus lalu tidak mengandung logam.

"Yang biasa dipakai untuk membuat keris adalah yang iron meteorit (mengandung logam)," jelasnya.

Josua Hutagalung, sang penemu batu meteorit itu menjelaskan alasannya mengapa dia menjual batu-batu itu. Menurutnya, daripada disimpan terus, Josua pun takut batu itu dimainkan anak-anak atau dicuri orang.

"Makanya saya jual saja. Sudah banyak yang menawar, jadinya kepada Mister Jared," katanya.

Josua juga menceritakan bahwa batu-batu tersebut jatuhnya secara bersamaan di siang hari bolong menimpa atap rumahnya, dan jatuh di tiga titik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun