Pada setiap tanggal 10 Nopember kita bangsa Indonesia memperingati Hari Pahlawan Nasional.
Cikal bakal ditetapkannya 10 Nopember ini adalah mengacu kepada semangat para pahlawan Indonesia yang bertempur melawan pasukan Inggris dan Belanda di Surabaya. Bung Tomo dengan berapi-api memimpin milisi Indonesia dalam pertempuran sengit di bulan Nopember 1945 tersebut.
Para pahlawan Indonesia bukan saja yang bertempur di Surabaya, melainkan juga mereka yang berkorban segalanya di seluruh pelosok tanah air untuk mengusir si angkara murka.
Ada sisi menarik dari perjuangan mereka, ternyata di antara para pahlawan Bumi Pertiwi ini, ada juga mereka yang berasal dari orang-orang bukan Indonesia.
Salah satu tokoh pahlawan terkenal yang berasal dari etnis Tionghoa adalah John Lie Tjeng Tjoan, atau biasa dipanggil dengan John Lie.
Pria kelahiran Menado, 11 Maret 1911, ini memutuskan untuk pindah ke Jakarta (dulu Batavia) pada saat usianya menginjak 17 tahun.
"Karier" pertamanya di Angkatan Laut, dia bekerja sebagai seorang buruh pelabuhan di Batavia. Nasib John Lie lantas membaik, dia dipekerjakan di perusahaan pelayaran Belanda KPM (Koninklijk Paketvaart Maatschappij).
Nama John Lie mulai melegenda ketika dia dia lantas bergabung dengan Angkatan Laut.
Dengan semangat pantang menyerah berjuang demi Bumi Pertiwi, John Lie berhasil menerobos blokade Belanda dan melakukan penyelundupan.
Majalah Life pada 26 Oktober 1949 lantas mengabadikan kisah heroik John Lie itu dengan judul "Guns And Bibbles Are Smuggled to Indonesia". Pers asing pun menjuluki John Lie dengan "The Great Smuggler with The Bibbles".
Laksamana John Lie wafat pada 27 Agustus 1988. Beliau lantas bersemayam di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Penganugerahan John Lie sebagai Pahlawan Nasional terealisasi pada peringatan Hari Pahlawan 10 Nopember 2009.
Untuk menghormati jasa-jasa dan pengorbanannya, nama John Lie kemudian digunakan sebagai nama kapal patroli Angkatan Laut RI, kapal John Lie.
Suatu kebanggaan bagi etnis Tionghoa dan minoritas lainnya.
Selain John Lie, kreativv menulis artikel tentang dua sosok pahlawan asing lainnya, masing-masing John Edward dan Yang Chil Sung.
Dilihat dari namanya, John Edward memang berasal dari salah satu negara yang berbahasa Inggris. Dia berasal dari Inggris. Sedangkan Yang Chil Sung berasal dari Korea Selatan.
Pada tahun 1946 John Edward membelot dari Batalyon 6 South Wales Border Brigade 4 dan bergabung dengan tentara Republik di Batalyon B.
Jika sebelumnya letnan ini di bawah pimpinan Brigjen Ted Kelly, setelah membelot ke Republik "bosnya" adalah Kapten Nip Karim.
Dalam pengabdiannya, John Edward lantas menjadi ajudan Kolonel Husein Yusuf, komandan Divisi 10. Sembari menjalankan tugasnya sebagai ajudan, John Edward juga menjadi penyiar Bahasa Inggris di sebuah radio di Aceh.
Namanya berubah menjadi Abdullah Siregar setelah dia memeluk agama Islam dan menikahi wanita asal Pematang Siantar.
Kehidupan sehari-hari nya dijalaninya sebagai rakyat biasa sampai kepada akhir hayatnya pada tahun 1956.
Pembelot kedua yang ditulis kreativv adalah seorang pria asal Korea Selatan bernama Yang Chil Sung.
Pada awalnya, Chil Sung bergabung dengan tentara Jepang yang ditugaskan di Indonesia. Pada saat pasukan Jepang dimana Chil Sung tergabung bentrok pada Maret 1946 melawan PPP (Pasukan Pangeran Papak) di sekitar Garut, Chil Sung tertangkap PPP.
Akan tetapi kemudian Chil Sung yang oleh masyarakat Garut dinamakan Komarudin itu merubah pikirannya. Dia memutuskan untuk bergabung dengan PPP.
Pada tahun 1946-1948 Chil Sung berperan sebagai striker (istilah dalam sepakbola) dalam penyerangan PPP ke basis militer Belanda di Garut.
Pada 25 Oktober 1948, tujuh pasukan PPP (termasuk Chil Sung) tertangkap oleh Belanda di suatu lokasi di perbatasan antara Garut dan Tasikmalaya.
Tujuh bulan kemudian, Chil Sung dan rekan-rekannya, dan beberapa tentara Jepang ditembak mati militer Belanda, masih di Garut, Jawa Barat.
Chil Sung kini bersemayam di Taman Makam Pahlawan Tenonjaya, Garut.
John Lie, John Edward, Yang Chil Sung atau Komarudin, pengorbananmu akan selalu kami kenang dan tiada akan kami lupakan. Beristirahatlah dengan damai di sisi Nya.
Selamat Hari Pahlawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H