Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Joe Biden Menangi Pilpres, Apa Pandangan Mereka Tentang Timur Tengah?

8 November 2020   09:01 Diperbarui: 8 November 2020   09:15 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Hingga Sabtu (7/11/2020) malam WIB, NBC melaporkan Biden mengantongi 20 suara electoral dari negara bagian Pennsylvania. Dengan demikian, total suara yang sudah dikoleksi Biden menjadi 273 suara, sedangkan Trump mendapatkan 213 suara.

Dalam Pemilu AS, jika seseorang mengantongi 270 suara electoral, maka kandidat itu menang. Total suara electoral yang diperebutkan adalah 538 suara.

Alhasil, kandidat Presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden berhasil memenangi Pemilu ini. Joe Biden (77) terpilih menjadi Presiden AS yang ke 46 negeri Paman Sam.

Ketua DPR AS, Nancy Pelosi, menyatakan terpilihnya Joe Biden adalah terbitnya fajar baru penuh asa bagi Amerika Serikat.

Alhasil, pendamping Biden, Kamala Harris resmi tercatat dalam sejarah sebagai perempuan warga AS pertama keturunan Asia pertama dan kulit hitam pertama yang menduduki jabatan tertinggi kedua di negara Paman Sam itu.

Sebelumnya, mari kita perhatikan (ada analisa) sebelum kepastian Biden terpilih. Pandangan ini dikemukakan oleh mantan intelijen sekaligus Duta Besar Arab Saudi di AS, Pangeran Al-Faisal, Rabu (4/11/2020) di sela-sela KTT Institut Beirut di Abu Dhabi.

Al-Faisal berpandangan Biden akan mempertahankan sejumlah kebijakan Donald Trump terkait Timur Tengah. 

Keputusan Trump yang dimaksud itu adalah soal pengakuan ibukota Israel yang baru, Yerusalem. Pengakuan kedaulatan Dataran Tinggi Golan yang direbut Israel dalam Perang Arab-Israel tahun 1967.

Dan satu lagi, dukungan Trump terhadap normalisasi hubungan dengan negara-negara Teluk, seperti UEA, Bahrain, menyusul Sudan, atau biasa dikenal dengan Abraham Accords. 

Apakah analisa pangeran Al-Faisal itu sama dengan pandangan Biden-Harris?

Kamala Harris turut angkat bicara paska Biden nyaris menang.

Seperti diketahui Kamala Harris adalah seorang pengacara yang berdarah campuran India dan Jamaika.

Ibunya, Shymala Gopalan adalah seorang peneliti kanker sekaligus seorang aktivis hak-hak sipil di negara Kuch Kuch Hota Hai (India), sedangkan ayahnya, Donald Harris, merupakan seorang ekonom dari Jamaika sekaligus sebagai seorang pengajar di Stanford University.

Joe Biden menang, otomatis Harris menjadi wakilnya. Oleh karena itu dia mengemukakan pandangannya apa sikap AS kepada Palestina, Israel, maupun Timur Tengah.

Harris mengatakan Biden akan menarik keputusan Trump. Menurut wanita kelahiran Oakland, California, 20 Oktober 1964 (46) itu, hubungan AS dengan Palestina sama pentingnya dengan hubungan AS dengan Israel.

Pandangan Harris tenyata agak berbeda dengan apa yang dikatakan oleh Al-Faisal seperti yang disebutkan di atas.

Menurutnya, dirinya dan Biden akan meneruskan solusi dua negara yang sudah disepakati. "Kami akan menentang upaya perluasan pemukiman atau pun aneksasi, kami akan memastikan mereka menikmati kebebasan, demokrasi, kemakmuran, dan keamanan," katanya.

Jelas sudah pernyataan Harris yang akan menarik keputusan Trump sebelumnya adalah perihal sikap Trump yang menguntungkan pihak Israel. Dari hal pengakuan Yerusalem sebagai ibukota, hingga bantuan pria berusia 74 tahun itu dalam normalisasi hubungan dengan sejumlah negara-negara Teluk.

Trump bahkan juga sudah menutup kantor perwakilan PLO di Washington.

Kebijakan-kebijakan Trump apa lagi yang akan dibalikkan oleh Harris-Biden?

Lebih lanjut Harris mengatakan akan mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina yang sedang menderita, membuka kantor perwakilan PLO di Washington, dan membuka konsulat AS di Yerusalem Timur.

Dalam wawancara yang dimuat di Middle East Monitor, Rabu (4/11/2020) itu Harris juga akan meninjau kembali hubungan dengan Arab Saudi jika negara itu menjadi dalang bencana di wilayah Timur Tengah.

Jika Donald Trump membiarkan Arab Saudi mendukung bencana peperangan yang terjadi di Yaman, maka menurutnya AS akan menilai kembali hubungan dengan Arab Saudi jika negara tersebut masih menjadi sponsor peperangan.

"Pada hari pertama kami (Harris dan Biden) di kantor, maka kami akan mencabut kembali larangan perjalanan Muslim non-Amerika dan larangan pengungsi. Kami akan menjadikan Amerika ramah bagi pengungsi, dengan menaikkan batas penerimaan pengungsi," kata Harris.

Selamat untuk Joe Biden dan Kamala Harris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun