Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Siapakah Bratalegawa? Tokoh Sunda Pertama yang Memeluk Agama Islam

6 November 2020   10:02 Diperbarui: 28 April 2021   16:54 2063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bratalegawa (merdeka.com)


Mendengar nama Kian Santang atau Kembalinya Raden Kian Santang yang disiarkan MNCTV setiap malamnya, Anda sepertinya sudah mengetahui jika kisah-kisah di dalamnya ada disebut-sebut nama Kerajaan Pajajaran dan Prabu Siliwangi.

Memang Kian Santang menceritakan kisah-kisah kejadian di masa kerajaan Pajajaran dengan rajanya yang terkenal Prabu Siliwangi.

Kerajaan Pajajaran adalah kerajaan yang meliputi wilayah tatar Sunda sekarang ini dengan diyakini oleh para ahli sejarah, kota dan kabupaten Bogor sekarang adalah ibukotanya.

Itu terbukti antara lain di wilayah Batutulis, Bogor, ditemukan adanya batu tulis, telapak kaki raja, dan puing-puing reruntuhan bangunan istana.

Sebelum mengenal Sunda dan wilayah Indonesia lainnya yang mayoritas beragama Islam seperti sekarang ini, kerajaan Pajajaran yang berkisar antara tahun 1130 Masehi hingga 1579 Masehi adalah kerajaan yang beragama Hindu.

Pada tahun 1579 kerajaan Pajajaran kalah dalam peperangan sengit melawan Islam Mataram. Dengan demikian, maka kebudayaan Sunda setidaknya agak terpengaruh oleh kebudayaan Jawa. Karena Islam Mataram menjadi penguasa Pulau Jawa ini.

Berkaitan dengan itu, tahukah Anda tokoh asal Sunda pertama yang memeluk agama Islam?

Kerajaan Hindu Pajajaran memang kalah dari Islam Mataram pada saat itu, akan tetapi tidak ada yang mengetahui dengan pasti kapan waktunya Islam masuk ke wilayah tatar Sunda ini.

Pada masa itu, selain Pajajaran, di tanah Sunda ini juga ada juga kerajaan Galuh yang juga beragama Hindu.

Tidak diketahui secara pasti kapan mula pertama Islam masuk Jawa Barat, namun diketahui di Kerajaan Galuh saat itu ada seorang bangsawan dan masih termasuk keluarga Kerajaan Galuh yang bernama Bratalegawa.

Selain berstatus bangsawan, Bratalegawa juga adalah seorang saudagar. Dalam bisnisnya, dia kerap berhubungan dengan para saudagar dari Timur Tengah. Seperti diketahui para pedagang dari Timur Tengah itu seluruhnya beragama Islam.

Disebut anggota kerajaan, karena Bratalegawa merupakan anak kedua dari Raja Bunisora dan sepupu dari Dyah Pitaloka Citra Resmi. Nama Dyah Pitaloka dari abad ke 13 memang lebih dikenal di dalam sejarah. Bahkan sampai abad sekarang banyak nama perempuan yang memakai nama itu.

Sebagai seorang businessman yang terkenal di jamannya, Bratalegawa sering berhubungan dengan para businessman lainnya dari Timur Tengah, bahkan dia sering melawat ke negara-negara mereka dan ke negara-negara lainnya.

Dari pergaulannya dengan para saudagar itu, perlahan-lahan Bratalegawa mulai tertarik dengan agama yang dianut mereka, agama Islam.

Dalam sejumlah catatan, dituliskan jika Bratalegawa lantas diislamkan oleh para saudagar dari Timur Tengah itu. Sebagai tambahan, catatan dari Nina H. Lubis dkk itu, juga menyebutkan padahal saat itu Bratalegawa adalah salah seorang penganut Hindu yang taat.

"Dia diislamkan oleh pedagang Arab yang yang kebetulan bertemu di India," tulis Nina.

Pada perkembangannya kemudian, Bratalegawa lantas disebut juga dengan Haji Purwa. Purwa dalam Bahasa Sunda artinya yang pertama.

Hal ini dikarenakan Bratalegawa merupakan orang pertama dari tanah Sunda yang naik haji.

Catatan lain menyebutkan jika Bratalegawa beribadah haji setelah terlebih dahulu dia menikah dengan seorang perempuan asal Gujarat pada saat dia melakukan perjalanan bisnis. Setelah itu namanya berubah menjadi Haji Baharuddin Al-Jawi.

Seusai naik haji, Bratalegawa kembali ke kampung halamannya di Kawali (Ciamis sekarang). Kawali yang dimaksud adalah ibukota Kerajaan Galuh.

Pada saat itu Bratalegawa berupaya untuk menyebarkan agama Islam ini di kerajaannya dengan mendapat bantuan dari teman-temannya sesama saudagar dari Timur Tengah.

Hal pertama yang dia lakukan untuk menyebarkan agama Islam itu adalah membujuk Ratu Banawati, saudara kandungnya Giri Dewanti dan sejumlah petinggi Kerajaan untuk memeluk agama Islam.

Namun upayanya tak menemui keberhasilan, karena pengaruh Hindu sangat kuat melekat di Kerajaan.

Gagal dalam upayanya, Haji Purwa mulai hijrah dan menetap di Caruban Girang (sekarang Cirebon) untuk syiar Islam.

Tak disangka, masyarakat di sana menyambut positif ajakan Haji Purwa untuk memeluk agama Islam. Tak sedikit dari mereka yang mengikuti jejaknya.

Dan tahukah Anda Sunan Gunung Jati atau yang dikenal juga dengan Syarif Hidayatullah adalah juga salah seorang dari pengikut Haji Purwa. Sunan Gunung Jati lantas dikenal dalam sejarah sebagai penyebar agama Islam di Cirebon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun