Ternyata bukan saya saja yang awam politik yang menilai jika Pemilihan Presiden yang dilangsungkan pada 3 Nopember 2020 ini mirip dengan pemilihan Presiden di Indonesia tahun lalu.
Sebelum pengumuman resmi hasil pemilu ini, kubu Donald Trump sudah mengklaim kemenangan mereka.Â
Ini mirip dengan Prabowo Subianto yang juga mengklaim pihaknya sudah memenangkan kontestasi sebelum pengumuman resmi dilakukan. Saat itu Prabowo Subianto bersaing dengan Joko Widodo.
"Betul. Mirip di Indonesia. Kecuali akhirnya Donald Trump tidak menjadi Menteri Pertahanan Biden," kata Dr. Ross Tapsell, seorang dosen sekaligus pakar Asia Tenggara di Australian National University, Australia.
Dr Ross Tapsell menanggapi cuitan David Lipson di Twitternya @RossTapsell. Sebelumnya di akun Twitternya @davidlipson, David Lipson, Kepala Biro media ABC News di Amerika Serikat menulis pemilihan Presiden Amerika Serikat antara Joe Biden dan Donald Trump yang sedang hangat sekarang ini sebagai "seperti di Indonesia".
Pada Rabu (5/11/2020) dinihari Donald Trump (Partai Republik) memproklamirkan kemenangannya di negara-negara bagian Pennsylvania, North Carolina, Georgia, Texas, dan Florida.
Pidato itu tak pelak mendapatkan respon dari masyarakat, media sosial dibanjiri komentar dan pergunjingan mengenai pertarungan politik tersebut.
Kita semua masih ingat pertarungan politik kita tahun lalu. Pada saat itu kubu Prabowo mengklaim kemenangan kubunya di sejumlah daerah pemilihan.
Namun pada akhirnya, kubu Jokowi yang resmi memenangkan kontestasi tersebut. Benar-benar mirip dengan Pilpres di AS antara Trump dari Republik dan Joe Biden dari Demokrat.
Banyak pengamat dan pada kenyataannya, hasil perhitungan suara, Joe Biden nyaris menenangkan pertarungan ini (seperti Jokowi), sedangkan Trump berada di ujung tanduk.
Lalu apakah nantinya Joe Biden benar-benar memenangkan kontestasi ini dan lantas mengangkat Donald Trump menjadi Menteri Pertahanan?
Jika begitu, status mirip dengan Indonesia ini statusnya berubah menjadi bak pinang dibelah dua.
Pilpres di negara adidaya itu tentunya sangat menyedot perhatian seantero dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya, tanggapan datang dari Sandiaga Uno.
Sandiaga Uno (yang sekarang Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra) mengatakan siapapun yang nantinya resmi keluar sebagai pemenang dalam Pilpres AS itu, Indonesia tetap memiliki posisi yang strategis.
Kendati disinyalir Joe Biden lebih berpotensi untuk menang, akan tetapi para pelaku pasar di seluruh dunia termasuk Indonesia masih menantikan arah kebijakan negara Paman Sam itu ke depannya.
Menurut mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu, Pilpres di AS ini sangat penting dampaknya bagi Indonesia, karena negara Paman Sam itu merupakan mitra strategis negara kita.
"Alhamdulillah dalam lima tahun terakhir kita surplus," kata Sandiaga Uno, Rabu (4/11/2020). Pria kelahiran Riau, 28 Juni 1969 (51) itu mengatakan nilai perdagangan Indonesia dengan AS mencakup angka 27 miliar USD. Ekspor Indonesia ke AS 18 miliar USD, sementara impor dari AS hanya 9 miliar USD.
Bukan hanya sampai di situ, Sandiaga juga menambahkan kendati dalam masa pandemi Covid-19, nilai perniagaan Indonesia ke AS bukannya menurun malah naik pada semester 1 2020 ini ialah 10 persen, sedangkan di kuartal pertama juga naik 7,7 persen.
Jadi bagi politikus sekaligus pengusaha itu siapa pun yang menjadi Presiden, AS tetap akan memandang Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi di Asia Tenggara.
Hasil penghitungan suara sementara elektoral Joe Biden lebih unggul dari Donald Trump hingga Kamis (5/11/2020). Sejak dimulai pada 3 Nopember lalu, hingga Kamis (5/11/2020) cuma tinggal menyisakan 5 negara yang belum menuntaskan penghitungan suaranya.
Pilpres AS tahun ini ternyata telah menyimpan catatan tersendiri dalam sejarahnya. Apa itu?
Pasalnya, kendati penghitungan suara belum mencapai 100 persen, Joe Biden yang sudah hampir dipastikan meraih kemenangan sampai saat ini sudah memecahkan rekor peraih suara terbanyak. Peraih suara terbanyak sebelumnya diraih oleh Barack Obama dalam Pilpres 2008.
Pada saat itu Barack Obama mengumpulkan 69.948.516 Sementara Joe Biden sampai saat ini sudah 70.050.702 suara dari 44 negara bagian.
Sedangkan Trump sampai saat ini sudah mengumpulkan 67.319.664 suara dari 21 negara. Itu menyebabkan Trump menjadi capres ketiga terbanyak dalam jumlah raihan suara sepanjang sejarah.
Waktu belum berakhir, kedua kubu masih menantikan dan yakin calon mereka akan berada di The White House, atau menenangkan Pilpres 2020 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H