Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Merdeka dari Indonesia, Bahasa Indonesia Masih Dipergunakan di Timor Leste?

31 Oktober 2020   09:06 Diperbarui: 31 Oktober 2020   09:25 1053
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warga Timor Leste (hipwee.com)


Pendudukan Indonesia atas Timor Timur (sekarang Republik Timor Leste) kurun masa 1975 hingga 1999 setidaknya mempengaruhi negara yang bersebelahan dengan NTT itu dalam menggunakan, mendengar, atau mengerti Bahasa Indonesia.

Dalam sejarahnya, pada 20 September 1999 Interfet atau Angkatan Udara Internasional Untuk Timor Timur diterjunkan ke negara yang disebut Bumi Lorosae itu untuk mengakhiri kekerasan yang dilakukan oleh militer Indonesia dan milisi Anti Kemerdekaan Timor Timur.

Pada akhirnya, Bumi Lorosae resmi menjadi sebuah negara tertanggal 20 Mei 2002.

Semenjak merdeka dari Indonesia itu Bahasa Indonesia pun mulai memudar. Pasalnya pemerintahan baru mulai mewajibkan siswa-siswi dari SD SMP SMA dan seterusnya untuk menggunakan bahasa lokal setempat, atau Bahasa Tetun, selain juga Bahasa Portugis dan Bahasa Inggris.

Istilah memudar di atas sebenarnya tidak tepat. Pada kenyataannya, Bahasa Indonesia ini masih digunakan di sana sebagai Bahasa pergaulan dan Bahasa perdagangan.

Sehingga dengan demikian, warga di Bumi Lorosae ini masih tetap hangat berbahasa Indonesia. Kendati Bahasa Indonesia ini tidak lagi diajarkan di SD dan seterusnya sejak 2000, akan tetapi warga di Bumi Lorosae ini masih hangat dan mengerti Bahasa Indonesia.

Apa pasal? Ini dikarenakan warga di Timor Leste masih dapat mengakses siaran-siaran televisi Indonesia melalui televisi berbayar atau lewat antena parabola. Dilaporkan pula, warga di Bumi Lorosae lebih menyukai film-film atau sinetron Indonesia daripada film atau sinetron yang berbahasa Portugis.

Selain dari film dan sinetron, warga di Timor Leste juga mengerti Bahasa Indonesia melalui lagu dan berita-berita yang sering mereka dengar dan lihat, dari Orange TV ataupun Indovision.

Tidak heran pada faktanya, warga Bumi Lorosae ini, terutama di Dili (ibukota Timor Leste) mereka menguasai empat bahasa. Bahasa Indonesia sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan, Bahasa Portugis sebagai bahasa pemerintahan, serta Bahasa Tetun sebagai bahasa bawaan (bahasa lokal di sana).

Pada awal-awal mereka merdeka dari Indonesia, mereka belum merasakan sulitnya penghidupan. Mereka memiliki sejumlah kekayaan berupa cadangan minyak bumi dan gas yang berlokasi di Laut Timor.

Akan tetapi dua dekade kemudian secara mengejutkan Timor Leste banyak diklaim sebagai negara miskin dan lapar. Rilis terbaru UNDP menyebutkan Timor Leste berada di posisi ke 152 dari 162 negara yang termiskin di dunia.

Selain itu Global Hunger Index juga menempatkan Timor Leste sebagai negara terlapar kedua di dunia setelah Chad, sebuah negara di Afrika Tengah.

Cadangan minyak bumi dan gas yang mereka punyai dilaporkan semakin menipis dan hampir habis. Oleh karenanya tidak heran jika Timor Leste harus menjadi negara pengutang kepada negara-negara lain untuk menyambung hidup.

Apakah kondisi kemelaratan mereka itu dimanfaatkan oleh negara-negara kreditor untuk meraup keuntungan yang besar? Atau istilahnya memancing di air keruh.

Berkaitan dengan itu, mantan Presiden Timor Leste (ke 2 setelah merdeka dari Indonesia) Jose Ramos Horta marah-marah kepada pemerintah dan Bank Sentral (BCTL - Banco Central Timor Leste -), dengan mengatakan mengapa pemerintah dan BCTL bungkam saja terkait dengan bunga kejam yang ditetapkan oleh institusi yang memberikan pinjaman?

Ungkapan kemarahan Ramos Horta itu dimuat pada 11 September 2020 lalu di The Oukosi Post. Ramos Horta mengungkapkan kondisi perekonomian Timor Leste.

Selain marah-marah karena pemerintah dan Bank Sentral diam saja karena institusi-institusi yang ada memberikan bunga yang tinggi dan kejam, Horta juga menyalahkan dunia karena penyebaran Covid-19 ke Timor Leste.

Institusi-institusi yang dimaksud kejam itu adalah bank-bank BUMN dari Indonesia, di antaranya BRI, Bank Mandiri, ANZ, dan BNU yang menetapkan bunga 16%.

Warga Timor Leste menurutnya telah kehilangan banyak pekerjaan karena Covid-19 dan merana karena tidak mampu membayar bunga yang tinggi itu.

Institusi-institusi pemberi pinjaman itu menurut Horta menjadi hambatan nyata bagi pembangunan dan pertumbuhan selanjutnya Timor Leste.

Bicara mengenai pemerintah yang dikecam oleh Ramos Horta tadi, tentu terkait dengan Perdana Menteri nya yang sedang memimpin. Selain oleh Ramos Horta, PM yang sedang memimpin sekarang, Taur Matan Ruak, juga dikritik terus menerus oleh Xanana Gusmao, mantan PM Timor Leste lainnya (dua periode 2007-2012 dan 2012-2015).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun