Bulan bahasa atau selanjutnya disebut juga dengan Bulan Bahasa dan Sastra Indonesia diperingati setiap tahunnya pada bulan Oktober.
Pemilihan yang tepat. Pasalnya bulan ini adalah bulan yang istimewa bagi bahasa itu sendiri, yaitu digelarnya Kongres Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
Dalam ikrarnya para pemuda perwakilan dari daerah yang ada di Nusantara itu menyatakan bahwa mereka bertanah air satu, tanah air Indonesia, berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan berbahasa satu, Bahasa Indonesia.
Pentingnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, dapat dibayangkan seperti demikian. Selain untuk mencegah munculnya konflik yang disebabkan karena adanya perbedaan, juga dapat kita bayangkan ada lebih dari 600 bahasa daerah di Nusantara.
Bahasa Indonesia menjadi bahasa komunikasi di antara mereka.
Selain terdiri dari banyak suku bangsa dan bahasa, di Nusantara juga bermukim penduduk Indonesia yang keturunan. Yang terbanyak dari mereka adalah keturunan Tionghoa.
Pada jamannya, orang-orang Tionghoa ini banyak menyebar dan bermigrasi dari negaranya ke berbagai pelosok dunia, termasuk Indonesia.
Apakah orang-orang keturunan itu ada kaitannya atau berpartisipasi pada gelaran Sumpah Pemuda 92 tahun yang lalu. Saya rasa ini hal yang menarik dan harus ditemukan jawabannya.
Dalam Webinar "Sumpah Pemuda, Tionghoa Ikut?" yang diadakan Senin (19/10/2020), Harry Truman (pensiunan Profesor Riset dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional) mengatakan Bumi Pertiwi memiliki anugerah dan keindahan yang luar biasa dari segi penduduknya yang beraneka ragam, dari Sabang sampai Merauke.
Dalam sejarahnya, kelompok-kelompok suku di setiap daerah di Indonesia mulai terbentuk pada 2000-4000 tahun lalu. Inilah cikal bakal leluhur orang Indonesia.
Menurut Truman, masa selanjutnya sesudah itu, di Nusantara mulai terjadi komunikasi karena mereka melakukan kontak dagang dengan orang-orang luar terutama dari Cina dan India. Selain orang-orang dari Cina yang berdatangan ke Indonesia, emigran lain juga datang dari Timur Tengah dan Eropa.