Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Kemendikbud RI Berupaya Promosikan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional

24 Oktober 2020   09:01 Diperbarui: 24 Oktober 2020   09:12 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928 (nasional.kompas.com)

Bulan Oktober setiap tahunnya adalah bulan istimewa bagi setiap orang secara pribadi. Mungkin di bulan ini Anda berulangtahun, atau jika tidak, orang-orang terdekat Anda merayakan hari istimewanya di bulan ini.

Orang-orang terdekat Anda ini bisa suami/isteri, anak, orangtua dan sebagainya. Dan tak lupa, Beyond Blogging Kompasiana yang berulangtahun pada 22 Oktober. Selamat untuk Kompasiana.

Dari sudut komunikasi, bulan Oktober adalah bulan yang istimewa. Karena di bulan ini setiap tahunnya diperingati sebagai bulan bahasa.

Anda tentu sudah dapat menebak mengapa Oktober ditetapkan sebagai bulan bahasa.

"Kami Poetra dan Poetri Indonesia Mendjoendjoeng Bahasa Persatoean, Bahasa Indonesia".

Itu salah satu kalimat yang dihasilkan dari digelarnya Kongres Pemuda yang dihadiri oleh para pemuda dari seluruh Indonesia pada 28 Oktober 1928. Mereka juga menyatakan bertanah air satu, tanah air Indonesia. Berbangsa satu, Bangsa Indonesia.

Sangat disayangkan kemeriahan acara peringatan bulan bahasa atau dalam perkembangannya juga disebut bulan bahasa dan sastra Indonesia, tahun 2020 agak terkendala disebabkan karena tengah mewabahnya virus pandemi Covid-19.

Pada tahun-tahun sebelumnya, bulan bahasa dan sastra ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan seperti bedah buku, festival teater rakyat, lomba mendongeng, pameran kebudayaan dan bahasa, dan sebagainya.

Pada tahun ini aktivitas yang bermanfaat dapat diselenggarakan dengan sedikit berbeda.

Menulis puisi, cerpen, novel, pembacaan puisi dan sebagainya itu diselenggarakan dengan tetap menuruti aturan protokol kesehatan. Namun semangat seharusnya pantang pudar dalam merayakan bulan bahasa dan sastra ini.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan seperti yang untuk pertama kalinya diikrarkan para pemuda 92 tahun yang lalu sangat penting. Mengapa?

Data terbaru yang dirilis, Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI menyebutkan di Nusantara ini ada 652 bahasa daerah.

Bisa Anda bayangkan, jika satu daerah berkomunikasi dengan daerah lainnya yang masing-masing mempunyai bahasa daerah yang berbeda. Mereka tidak bisa berkomunikasi. Itulah sebabnya mereka berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia.

Berkaitan dengan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan ini, jakbarnews (22/10/2020) melaporkan KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) di Paris, Perancis, tahun ini menggelar kembali BIPA (Kursus Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing).

Namun BIPA kali ini agak berbeda dengan BIPA tahun-tahun sebelumnya. Penyelenggara tahun ini dilakukan dengan daring. Tentu hal itu dikarenakan masih mewabahnya pandemi Covid-19 yang belum terjadi pada tahun-tahun lalu.

Kendati kondisi ibukota Perancis itu masih dalam terbatas karena Covid-19 yang belum landai, akan tetapi antusiasme warga Perancis juga warga di luar Perancis berjalan lancar. BIPA bukan saja diikuti oleh warga menara Eiffel itu, tetapi juga dari berbagai negara lainnya seperti Inggris, Swedia, Belgia, dan Irlandia.

Antusiasme dan motivasi mereka belajar memiliki latar belakang yang bervariasi. 

Salah satunya, Valentine El Sayed yang bertempat tinggal di Toulouse (sekitar 700 kilometer dari Paris), Perancis, menyatakan ketertarikannya belajar Bahasa Indonesia karena berhasrat ingin bekerjasama riset dengan institusi di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan profesi Valentine sebagai dosen di sebuah perguruan tinggi di Perancis.

Bukan merugi belajar secara daring, malah ini memudahkan bagi sejumlah orang yang ingin belajar Bahasa Indonesia.

Kelly, dari Belgia mengatakan sebenarnya dia sudah lama ingin mempelajari Bahasa Indonesia, tetapi dia merasa kesulitan karena harus datang ke kedutaan. Alhasil, pada tahun ini, Kelly dapat mewujudkan hasratnya belajar Bahasa Indonesia.

Kepada Antara, Prof. Warsito mengatakan, pembelajaran secara daring membuka kesempatan bagi para peserta di luar Perancis untuk melaksanakan niatnya belajar Bahasa Indonesia.

"Kini bukan dari Paris saja pesertanya, tetapi dari luar Paris," kata Prof. Warsito.

Dalam metodenya, kursus BIPA ini dibagi dalam beberapa kelas, kelas pemula dan kelas lanjutan. Kursus BIPA tahun ini diikuti oleh 58 orang yang kebanyakan berusia 20-40 tahun.

Waktu kursus dimulai pukul setengah tujuh hingga setengah sembilan malam waktu setempat pada setiap hari Rabu dan Jum'at. Sebanyak 10 kali pertemuan.

Setelah dievaluasi pada BIPA tahun lalu, para peserta umumnya masih kesulitan dalam hal prononsiasi, kendati mereka mengapresiasi pengajar BIPA yang mendampingi mereka.

Pada Kongres Bahasa Indonesia tahun 2013 menghasilkan salah satu usulan untuk meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.

Mengacu kepada kongres tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI saat ini sedang berupaya mempromosikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asia Tenggara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun