Wanita berpenampilan modis kelahiran Tasikmalaya, Jawa Barat, 25 Desember 1967 (52) itu sebelumnya pernah menerima penghargaan dari Indonesia Asia Institute sebagai Women's Work of Female Grace tahun 2013.
Selama memimpin BUMN ini, Nicke di antaranya berupaya bekerjasama pengembangan kilang minyak.
Semula Pertamina menjajaki kerjasama dengan Saudi Aramco dari Arab Saudi. Akan tetapi untuk pengembangan kilang minyak Cilacap ini dengan Aramco batal karena tidak tercapai kesepakatan soal RDMP dengan Aramco.
Setelah itu, Pertamina mencari perusahaan lainnya untuk diajak bekerjasama.
Ditempatkannya wanita lulusan ITB dan UNPAD itu di urutan ke 16 memang layak dan ini menunjukkan jika Pertamina lebih baik dalam menekan kerugian perusahaan yang lebih parah lagi, ketimbang perusahaan migas lainnya di dunia.
Nicke Widyawati merupakan satu-satunya wanita eksekutif dari Indonesia yang disorot Fortune 50.
Padahal selain Pertamina, ada perusahaan-perusahaan global lainnya dari berbagai bidang, seperti migas Shell asal Belanda, PepsiCo, Unilever, Morgan Stanley, dan sebagainya.
Selain membanggakan bagi Pertamina dan Indonesia umumnya, pengakuan internasional ini sebaiknya dijadikan suri tauladan bagi seluruh karyawan Pertamina untuk lebih bekerja keras lagi dan tetap mempertahankan migas ini sebagai perusahaan global.
Daftar tersebut di atas adalah peringkat tahunan yang dirilis khusus menyoroti wanita paling berpengaruh dalam perusahaan global.
Nicke meraih gelar S1 jurusan Tehnik Industri pada tahun 1991 dari ITB (Institut Teknologi Bandung) dan S2 jurusan Hukum Bisnis UNPAD (Universitas Padjadjaran) Bandung tahun 2009.
Selamat untuk Nicke Widyawati.