Jelaslah sudah, penyesalan datangnya belakangan, seperti apa kata pepatah. Coba saja, jika negara bekas jajahan Portugis ini menjadi bagian dari Indonesia, mereka tidak akan mengalami penderitaan seperti itu.
Perbatasan mereka, Nusa Tenggara Timur, masih dilindungi oleh pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Timor Leste nampaknya baru "nyaho".
Dalam sejarahnya, melalui Fretilin (Front Revolusi Kemerdekaan Timor Leste), Timor Timur mengumumkan kemerdekaan mereka lepas dari penjajahan Portugis, pada 28 Nopember 1975.
Beberapa hari setelah tanggal di atas, Indonesia melakukan aneksasi atas Timor Timur dengan dikirimkannya sejumlah militer Indonesia dan menjadikan Timor Timur sebagai provinsi Indonesia yang ke 27.
Ngotot ingin merdeka, konflik pun tak terhindarkan antara Fretilin dengan militer Indonesia.
Lantas dalam suatu referendum yang disponsori oleh PBB, mayoritas rakyat di sana menginginkan mereka lepas dari Indonesia.
Dalam sejarahnya pula, milisi anti Kemerdekaan Timor Timur yang didukung oleh militer Indonesia melakukan politik bumi hangus setelah referendum itu.
Untuk mengakhiri kekerasan, Interfet (Angkatan Udara Internasional Untuk Timor Timur) diterjunkan ke sana. Pada akhirnya, PBB secara resmi mengakui Timor Timur sebagai sebuah negara, 20 Mei 2002.
Mereka menamakan dirinya memakai kata "Leste" (dari bahasa Portugis) menjadi Republik Demokratik Timor Leste.
Di Asia Tenggara, Timor Leste menjadi salah satu negara yang penduduknya mayoritas beragama Kristen selain Filipina.
Kondisi-kondisi seperti ini yang menjadikan mereka menjadi negara pengutang dan bergantung kepada belas kasihan negara lain untuk supaya dapat tetap hidup, dalam kemiskinan dan penderitaan lainnya.