Melewati tiga Presiden, yaitu Bill Clinton, George W Bush, dan Barack Obama, Prabowo Subianto belum juga diijinkan masuk negara Paman Sam.
Akan tetapi beberapa hari lalu terdengar kabar yang dimuat di media Politico yang melaporkan jika Prabowo kini sudah diberikan visa masuk. Dan mendapat undangan dari Menhan AS Mark Esper.
Prabowo sendiri selaku Menhan RI sudah berada di AS yang direncanakan berada di sana selama empat hari, kurun 15-19 Oktober 2020.
Ada dua undang-undang yang berlaku di AS saat ini yang membolehkan seseorang yang sedang berada di AS untuk diseret ke pengadilan oleh orang-orang yang merasa disakiti atau dirugikan atas pelanggaran si penyiksa.
Hal tersebut pernah terjadi ketika Sintong Panjaitan (1994) dan Johnny Lumintang (2001) ketika berkunjung ke sana.
Selain disorot oleh Amnesty International, lawatan Prabowo juga disorot oleh media di yang terbit di sana yaitu New York Times. Pada intinya, tulisan itu melaporkan jika Prabowo yang sudah ditolak masuk AS sejak tahun 2000 lalu dan sudah melewati tiga Presiden AS kini berkunjung dan akan mengadakan pertemuan dengan Mark Esper, di masa pemerintahan Donald Trump.
Media itu juga menganalisa maksud undangan itu adalah untuk membuat malu Cina. Seperti diketahui, hubungan internasional antara AS dan Cina sekarang ini sedang memanas.
AS khawatir Indonesia akan tunduk kepada Cina karena ketergantungan ekonomi Indonesia kepada negara Tirai Bambu itu, sehingga sangat potensial Indonesia akan tidak berdaya pada Cina. Politik bebas aktif yang dianut Indonesia juga dikhawatirkan akan terpengaruh.
Indonesia memiliki peranan yang sentral di kawasan Asia Pasifik, baik untuk AS maupun Cina.
Dengan pendekatan kepada Indonesia ini, AS akan membuat citra kepada Cina, jika Indonesia berpihak kepada AS.
Dahnil Anzar mengiyakan jika Prabowo Subianto akan menjalin kerjasama bilateral dalam pertahanan antar kedua negara yang sekaligus memenuhi undangan Mark Esper.