Prabowo Subianto sudah kenyang dengan berbagai macam penolakan dan tuduhan yang tidak-tidak. Hal tersebut dikatakan Dahnil Anzar, juru bicara Menteri Pertahanan, menanggapi kecaman dari LSM Amnesty International.
Dalam surat yang ditandatangani oleh 12 LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan ditujukan kepada Menteri Pertahanan AS Michael R Pompei, Amnesty International meminta pemerintah AS agar mengadili dan menyeret Prabowo ketika melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Surat terbuka itu disampaikan pada 13 Oktober, atau dua hari menjelang kedatangan Prabowo.
Dalam suratnya mereka menyatakan kedatangan Prabowo ke AS ini sebagai bencana bagi HAM di Indonesia.
Mereka juga minta Presiden Donald Trump untuk membatalkan pemberian visa kepada menantu Presiden Soeharto itu.
Amnesty International menuduh AS tidak mempedulikan apa yang telah dilakukan pria yang pada hari ini, Sabtu (17/10/2020) tepat berusia 69 tahun itu, atas segala pelanggaran HAM yang sudah dilakukannya di masa lalu.
Prabowo Subianto yang dilahirkan di Jakarta, 17 Oktober 1951, ini dianggap bertanggungjawab atas penghilangan secara paksa beberapa aktivis 1997-1998 semasa dia menjabat Danjen Kopassus dibawah pemerintahan penguasa Orde Baru, Soeharto.
Suami dari Siti Hediati Hariyadi ini juga dituding telah melakukan sejumlah kekerasan di Republik Demokratik Timor Leste (dulu Timor Timur). Tentu masih banyak orang, terutama keluarga korban kekerasan dalam tragedi tersebut yang masih sakit hati.
Pemerintah adidaya Amerika Serikat memang "berbuat adil" atas tudingan perbuatan yang dilakukan Prabowo, yaitu dengan cara melarang dia untuk memasuki negaranya. AS pun sadar, jika dia adalah negara besar yang banyak dirindukan banyak orang di seluruh dunia untuk berbagai kepentingan. AS adalah pemimpin dunia.
Tak pelak banyak organisasi dunia yang bermarkas di negara Paman Sam itu.
Mula pertama Prabowo ditempelak adalah pada tahun 2000 atau 20 tahun lalu, ketika dia akan menghadiri acara wisuda anaknya di salah satu universitas di Boston, negara bagian Massachusetts. Namun ditolak dengan alasan yang tidak jelas.
Pada saat itu, Soeharto baru saja dilengserkan oleh para mahasiswa (1998). AS yang khawatir akan situasi stabilitas nasional Indonesia, mulai menjauhkan diri dari orang-orang dekat Soeharto, termasuk di antaranya Prabowo Subianto.
