"Horas!" Kata ini yang diucapkan Marissa Hutabarat sembari mengepalkan tangannya dalam akhir dari wawancara dengan VOA.
Seperti dilaporkan oleh VOA (Voice of America), diaspora Indonesia Marissa Hutabarat, terpilih menjadi seorang hakim di Pengadilan Perdata di New Orleans, Louisiana, Amerika Serikat.Â
Tak banyak diaspora Indonesia di negara Paman Sam yang menegang jabatan publik.
"Saya ingin melayani masyarakat sebaik-baiknya," kata Marissa bangga ketika diwawancarai VOA Indonesia.
Ayah Marissa Hutabarat adalah keturunan Indonesia dari Batak, Sumatera Utara, sedangkan ibunya adalah keturunan Cina di Thailand.Â
Akan tetapi Marissa sendiri lahir dan dibesarkan di negara Paman Sam itu, dia hanya sedikit bisa berbicara bahasa Indonesia.
Marissa mengaku belum pernah berkunjung ke tanah leluhurnya, Indonesia. Namun Marissa merasa bangga menjadi bagian dari Indonesia. "Saya bangga dengan warisan budaya," tuturnya.Â
Nilai-nilai kekeluargaan Indonesia selalu dijalankannya.
Pemungutan suara untuk First City Court Judge (Hakim Pengadilan Perdata) kota New Orleans, digelar berawal dari meninggalnya hakim sebelumnya, yaitu Angelique Reed.
Untuk mencari penggantinya, pada 11 Juli 2020 warga New Orleans menetapkan calon pengganti, salah satunya adalah Marissa Hutabarat.
Marissa akhirnya keluar sebagai pemenang dalam pemungutan suara untuk menggantikan Reed itu dengan mengalahkan pesaingnya, Sara Lewis.
Lewis mendapatkan 11.657 suara, sedangkan Marissa 60 persennya yaitu 17.579 suara.
Dalam kampanyenya, Marissa menggunakan slogan "hakim rakyat". Selain menggunakan slogan "hakim rakyat", faktor lain yang memenangkan Marissa, tak tanggung-tanggung, adalah adanya pikatan dari Joe Biden, calon presiden AS dari Partai Demokrat.
Dalam masa kampanye, Marissa memang mengajak Joe Biden (Wakil Presiden pendamping Barack Obama) untuk mendulang suara dari warga setempat.
Joe Biden dari Partai Demokrat akan bertarung dengan Donald Trump dari Partai Republik dalam pemilihan Presiden pada 3 Nopember 2020 mendatang. Siapakah yang bakal menempati Gedung Putih selama empat tahun?
Seusai terpilih, dia mengucapkan terimakasih nya kepada para pendukungnya sehingga menjadi salah satu pejabat penting di salah satu negara bagian Amerika Serikat itu.
Thank you so much for placing you trust and confidence in me ......
"Pemungutan suara itu dilaksanakan pada 15 Agustus 2020 lalu," kata VOA Indonesia.
Marissa melepaskan bahasa Indonesia yang bisa diucapkannya sebagai pembuka sesi wawancara dengan VOA.
"Halo Indonesia, apa kabar?" Kata Marissa, Sabtu (19/9/2020).Â
Marissa juga mengatakan ingin sekali belajar bahasa Batak dan Indonesia. Marissa mengetahui sedikit bahasa Batak dari opung nya, dan Marissa mengaku malu karena tidak bisa belajar bahasa Indonesia.
Sebelum terpilih menjadi hakim di First City Court tersebut, Marissa adalah seorang pengacara di firma Glago Williams, LLC. Perkara yang didampingi nya sebagai pengacara tadi adalah perkara malpraktik medis dan asuransi.
Beberapa layanan masyarakat yang aktif digeluti Marissa antara lain Marissa bertugas di CADA (Dewan Penyalahgunaan Alkohol dan Narkoba) untuk Greater New Orleans. Selain itu, dalam layanan masyarakat ini, Marissa juga aktif di Orchid Society.
Marissa juga adalah seorang penasehat hukum untuk The First 72+.
Marissaforjudge.com menyebutkan Marissa adalah seorang Sarjana Hukum jebolan 2010 dari Loyola University New Orleans.
Bagi Marissa, menjadi hakim merupakan mimpinya yang menjadi kenyataan. "Sejak kuliah di fakultas hukum, inilah keinginan saya," katanya.
"Kejarlah mimpimu dan kerja keras untuk mencapainya. Keluarga itu penting dan bisa menjadi pendukungmu," kata Marissa memberikan resepnya untuk sukses, di VOA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H