"Saya setuju dengan New York Times yang mengatakan Indonesia negaranya badminton. Sekarang kalau orang menyebut Indonesia, mereka langsung mengingat Bali, lalu badminton," kata Susy Susanti.
"Tepat sekali tulisan itu, jika menyebut badminton, di situ Indonesia. Jika menyebut Indonesia, di situ badminton," tutur Susy.
Susy Susanti yang sekarang Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI adalah pahlawan bulutangkis Indonesia baik di Piala Uber maupun perorangan.
Wanita kelahiran Tasikmalaya, 11 Pebruari 1979 (49 tahun) ini adalah peraih medali emas pertama Indonesia dari Olimpiade sepanjang keperseterean Indonesia di ajang akbar empat tahunan itu.
Susy merebutnya dari nomor tunggal putri di Olimpiade Barcelona 1992. Hanya dalam hitungan jam kemudian, Indonesia memperoleh medali emas kedua dari nomor tunggal putra atas nama Alan Budikusuma.
Susy dan Alan lantas dijuluki media internasional sebagai "pengantin emas Olimpiade". Alan dan Susy yang saat itu masih berstatus pacaran lantas membina rumah tangga dan dikaruniai 3 orang anak.
"Masuk Guinness dan juga dibuatkan patung lilin. Orang Indonesia terbatas dibuatkan patung lilin, jika olahraga ya hanya saya," kata Rudy Hartono, kelahiran Surabaya, 18 Agustus 1949 (71 tahun).
Unik memang, tanggal kelahiran Rudy Hartono yang 18 Agustus cuma terpaut satu hari dari tanggal proklamasi RI yang 17 Agustus.
Fakta, jika olahraga tepak bulu di Indonesia ini tidak saja berhenti di generasi awal-awal saja, tapi terus berlanjut hingga kekinian.
Senada dengan apa yang dikatakan Susy Susanti, keberhasilan regenerasi tepak bulu ini dikarenakan olahraga sudah merakyat di Indonesia.
"Sejelek-jelek nya, regenerasi badminton terus berjalan. Kendati ada penurunan prestasi. Dimana sekarang ada Cina, Denmark," lanjut Susy.