Tertarik membaca artikel tulisan kompasioner Hennie Triana yang berjudul "Hari Kidal Sedunia: Alat Tulis Sekolah untuk Orang Kidal".
Tulisan ini Artikel Utama Kompasiana, tanggal 14 Agustus 2020, salah satu isinya menyebutkan kalau tanggal 13 Agustus setiap tahunnya adalah Hari Kidal Sedunia.
Kers Hennie menuturkan beliau mempunyai seorang teman (ketika di SMA) yang kidal. Kendati bertangan kiri, akan tetapi dia dapat menulis sama baiknya dengan tangan kiri maupun tangan kanan.
Temannya dianjurkan untuk menggunakan tangan kanan kalau mau menulis, pasalnya orang-orang jaman baheula menganggap tangan kiri bukan tangan yang bersih, tangan kiri dipakai untuk buang hajat.
Temannya mengatakan lebih suka dan lebih cepat melakukan segala kegiatan, menulis, atau menggambar dengan memakai tangan kiri.
Senada dengan kers Hennie, pada saat saya SMP, saya juga punya teman yang kidal.
Kebetulan, dia juga bisa dibilang jago badminton. Kendati tidak menjadi juara nasional, akan tetapi jika ada kejuaraan badminton antar sekolah, dia selalu terpilih menjadi wakil.
Teman saya ini cukup menarik perhatian karena memegang raket dengan tangan kiri. Dia selalu menang, karena dia memang rajin berlatih di lapangan di dekat rumahnya.
Memegang, menulis, makan, dan kegiatan lainnya dia menggunakan tangan kiri. Orangtuanya membiarkan saja dia bertangan kidal, tidak menganjurkan untuk membiasakan memakai tangan kanan.
Ada sumber yang menyebutkan jumlah orang kidal di dunia berkisar antara 7-10 persen populasi.
Seorang yang bertangan kidal menurut beberapa penelitian disebutkan mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh yang bertangan normal (kanan).
Beberapa kelebihan hasil penelitian itu di antaranya, orang yang bertangan kidal itu lebih kreatif, memiliki kemampuan matematika yang lebih baik, dan juga memiliki memori yang lebih baik.
Terlepas dari benar atau tidaknya penelitian tadi, pakar pendidikan Profesor Yohanes Surya, M.Sc, PhD, mengatakan tidak ada yang salah dengan orang yang kidal.
Chris Mc Manus dalam bukunya Right Hand, Left Hand, menulis kurang bijaksana memaksakan orang yang kidal sejak lahir dipaksakan menggunakan tangan kanan.
"Setiap orang memiliki kelebihan dan talenta masing-masing" kata Manus.
Prof. Drs. Yohanes Surya, M.Sc. PhD adalah seorang fisikawan asal Indonesia yang dilahirkan di Jakarta, 6 Nopember 1963 (56 tahun).
Lulusan Universitas Indonesia dan College of William and Mary itu kini aktif di berbagai pelatihan fisika dan matematika.
Yohanes Surya dikenal sebagai seorang pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia yang anak asuhnya menenangkan banyak prestasi dan mengalungi medali dari dunia internasional.
Pada tahun 1994 Yohanes Surya memutuskan untuk pulang ke tanah air dari Amerika Serikat dan langsung turun tangan menjadi pembimbing TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia).
Karena bimbingan dan kepelatihannya, anak-anak asuhnya berhasil mengharumkan nama bangsa di berbagai event.
Kurun waktu 1993-2007 anak-anak asuhnya telah mengantongi setidaknya 54 medali emas, 33 medali perak, dan 42 medali perunggu dari dari berbagai ajang sains dan fisika internasional.
Bahkan pada tahun 2006, salah seorang siswa asuhannya, Jonathan Pradana, berhasil memperoleh predikat "The Absolute Winner" (juara dunia) di Singapura, tepatnya di International Physics Olympiad XXXVII.
Sejak 2016, di bidang pemerintahan, Yohanes Surya juga turut berpartisipasi dengan menjadi salah seorang staf ahli di Kementerian Koordinator Maritim RI di bawah pimpinan Luhut Binsar Pandjaitan.
Di cabang olahraga yang populer di Indonesia yaitu bulutangkis, kekinian setidaknya kita mengenal dua orang pebulutangkis yang kidal, yaitu Kento Momota dan Lee Chong Wei.
Jika diperhatikan lebih teliti, kerap kita menyaksikan mantan Presiden Amerika Serikat Barrack Obama sering menggunakan tangan kiri, memang beliau yang sempat tinggal dan bersekolah di Jakarta ini kidal.
Sedangkan "orang-orang besar" lainnya yang bertangan kidal antara lain Winston Churchill, Napoleon Bonaparte, Charlie Chaplin, dsb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H