Meninggalnya Ki Gendeng Pamungkas, sosok fortuner Indonesia yang dikenal luas, menyemarakkan berbagai media online.
Dikabarkan Ki Gendeng Pamungkas meninggal karena penyakit komplikasi diabetes.
Selain Ki Gendeng, sejumlah selebritas Indonesia lainnya yang meninggal karena diabetes, adalah Advent Bangun.
Mengingat hal tersebut sedikit ingin saya mengulas tentang diabetes di Indonesia.
Diabetes ini muncul akibat tingginya kadar gula (glukosa) dalam darah, yang mana fungsi glukosa itu adalah energi utama untuk seluruh sel tubuh manusia.
Diabetes melitus jika tidak dikontrol dengan baik dapat mengancam nyawa si penderitanya.
Diabetes melitus dapat menimbulkan penyakit bawaan yang disebut dengan komplikasi. Di antaranya adalah demensia, jantung, ginjal, gangguan penglihatan, dan stroke.
Ki Gendeng meninggal karena diabetes yang komplikasi jantung, sedangkan Advent Bangun karena komplikasi ginjal.
Pernah saya baca dalam harian KOMPAS "koran 5 besar" yang menyebutkan angka diabetes di Indonesia semakin bertambah seiring dengan tingkat daya beli yang juga terus meningkat.
Hal tersebut dapat dimaklumi, karena semakin bertambahnya penghasilan seseorang, maka dengan mudah saja mereka membeli aneka makanan yang mewah yang tidak memenuhi kebutuhan gizi.
Sekarang sudah banyak gerai-gerai makanan fast food, daging-dagingan, serta makanan mewah lainnya yang banyak mengandung gula yang membahayakan kesehatan tubuh.
Mereka pun kini mampu membeli mobil atau motor, sehingga kebiasaan berjalan kaki yang pernah hadir menjadi pudar.
Nonton TV, sembari duduk, mereka tinggal memencet tombol remote untuk pindah channel. Atau di mall, mereka sekarang bisa naik lift atau eskalator ketimbang berjalan yang menyehatkan.
Riskesdas tahun 2013 mencatat prevalensi angka pasien diabetes meningkat signifikan dari tahun sebelumnya. Pada 2013 terdapat kenaikan sebesar 6,8 persen, sedangkan pada 2018 sebesar 8,6 persen.
Dari data yang diambil tahun 2017, di seluruh dunia ada 427 juta pasien DM, dan angka itu diprediksi meningkat menjadi 631 juta, atau 46 persen pada tahun 2045.
Pada tahun itu hingga saat ini, Indonesia sendiri berada di peringkat ke 6 terbanyak pasien DM dengan 10,4 juta pasien (2017).Â
Organisasi kesehatan dunia WHO memprediksi jumlah tersebut akan meningkat menjadi 22 juta orang pada 2030.
Diabetes ini disebabkan selain karena faktor gaya hidup, juga karena faktor riwayat keturunan dari orangtuanya.
Jantung dan ginjal merupakan komplikasi terbanyak yang menyebabkan kematian akibat DM di dunia.
Untuk menghilangkan risiko DM, kita harus menerapkan pola makan yang sehat, rutin berolahraga, dan rutin memeriksakan kadar gula darah.
Diabetes melitus atau dikenal juga dengan kencing manis di Indonesia memang sudah menjadi momok yang paling menakutkan pada bahayanya.
Saya tidak menemukan tema apa yang diangkat sehubungan dengan Hari Diabetes Nasional yang jatuh pada setiap tanggal 18 April, dikarenakan pada tahun 2020 bertepatan dengan situasi pandemi Covid-19.
Namun pada tahun lalu, dalam kegiatan "Info Sehat FKUI", dalam rangka perayaan Hari Diabetes Nasional, maka diambil tema "Masalah Obesitas dan Diabetes".
Mengapa tema tersebut yang diangkat?
Ini dikarenakan kelebihan berat badan atau obesitas berhubungan erat satu sama lain dengan diabetes melitus.
Di Indonesia sendiri, 1 dari 3 orang saat ini mengalami kelebihan berat badan.
Apa yang menyebabkan parahnya angka obesitas di Indonesia?
Dr dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), pakar anak dari FKUI/RSCM menjelaskan obesitas dan diabetes mulai terbentuk sejak masa anak-anak. Jika dibiarkan, obesitas pada anak tersebut akan menyebabkan resistensi insulin dan intoleransi glukosa yang yang mana pada masa dewasanya si anak akan mengidap DM (tipe 2).
Melihat sedemikian besarnya risiko yang ditimbulkan akibat kelebihan berat badan ini maka diperlukan adanya asupan gizi yang seimbang sebagai kunci utama untuk melawan penyakit, yang harus ditingkatkan.
Di negara kita, bahkan tidak sedikit ditemukan anak usia 7-8 tahun yang sudah diabetes.
Dr Aman mengatakan semakin dini anak mengalami obesitas maka semakin dini pula anak akan mengalami DM.
"Masyarakat harus sadar sepenuhnya pada masalah kelebihan berat badan ini. Obesitas adalah penyakit yang nyata," tuturnya.
Dr Aman mengasumsikan.
Pada jaman dulu, pada saat orang-orang tinggal di gua sebagai rumahnya, mereka harus berjuang untuk makan disebabkan langkanya kesediaan pangan. Sedangkan dalam satu abad terakhir, kita justru kelebihan pangan ini, sehingga akses untuk mendapatkan makanan menjadi sangat mudah.
"Makanan yang tersimpan di tubuh akan menumpuk, sehingga menjadi over weight," katanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H