Mohon tunggu...
Rudy W
Rudy W Mohon Tunggu... Lainnya - dibuang sayang

Ngopi dulu ☕

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Heysel, 35 Tahun Sudah Juventus Menyimpan Kenangan dan Ingatan Buruk

31 Mei 2020   09:16 Diperbarui: 31 Mei 2020   09:46 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia sepakbola tidak begitu saja dapat melupakan sebuah tragedi yang sangat kelam yang terjadi pada akhir bulan Mei, tepatnya 29 Mei 1985.

Sebanyak 39 penonton tewas dan lebih dari 600 lainnya luka-luka akibat runtuhnya tembok Stadion Heysel, Brussels.

Peristiwa ini terjadi beberapa saat akan kick off final Liga Champions (saat itu Piala Champions) musim 1984-1985 antara Juventus melawan Liverpool.

Bermula saling ejek antara pendukung kedua tim, kira-kira satu jam sebelum dimulai laga, sejumlah pendukung Liverpool berusaha merangsek area tempat berkumpulnya pendukung Juventus. 

Para pendukung Juventus tidak melawan, mereka berusaha menjauh.

Dan terjadilah tragedi yang kelak menjadi sejarah. 

Pagar Stadion Heysel menjadi ambruk.

Dari 39 yang meregang nyawa, 32 di antaranya fans Juventus, empat orang Belgia, satu orang Irlandia, dan satu lagi orang Perancis.

Kendati menelan korban yang begitu dahsyat, kick off pertandingan tetap dilanjutkan atas rembukan antara Perdana Menteri Belgia, pejabat UEFA, aparat keamanan, dan Walikota Brussels Herve Brouhon.

Kedua kapten tim meminta fans untuk tenang.

Sebelumnya, fans Juventus sempat akan melakukan pembalasan namun berhasil diredam aparat keamanan.

Laga pun akhirnya dapat diselesaikan dengan skor akhir 1-0 untuk kemenangan Juventus lewat gol yang diciptakan Michel Platini lewat titik putih.

Akibat tragedi berdarah itu, tim-tim Inggris mendapat sanksi dengan melarang mereka bertanding di laga benua biru selama 5 tahun. 

Khusus Liverpool, klub Marseyside itu mendapat hadiah tambahan sanksi 3 tahun.

Sebanyak 34 orang dan 26 suporter The Reds ditangkap serta didakwa dengan pasal pembunuhan yang tak direncanakan.

Tepat dua dekade insiden tersebut, sebuah tugu peringatan didirikan pada 29 Mei 2005 dengan biaya 140 ribu poundsterling. Seniman arsitek tugu tersebut adalah warganegara Perancis, Patrick Remoux.

In remembrance of the 39 supporters who lost their lives at the Heysel Stadium. May 29th 1985.

Begitu kalimat yang tertulis dan terukir di tugu tersebut.

Memperingati 35 tahun, Jum'at pagi (29/5/2020), klub Liverpool mengibarkan bendera setengah tiang sepanjang hari serta meletakkan karangan bunga di luar Stadion Anfield.

"Tahun-tahun berlalu, hari ini kami mendedikasikan ingatan kami, membangkitkan perasaan yang sama, yakni rasa sakit"

"Terjadi penyerbuan, upaya melarikan diri, tembok runtuh, terjadi kepanikan. 39 orang meregang nyawa, kebanyakan orang Italia dan yang termuda berusia 10 tahun"

"Heysel"

Begitu ungkapan para sepakbola menulis di media sosial mengenang tragedi yang sangat memilukan tersebut.

Siapa pun Anda dan kapan dilahirkan, apakah menonton laga saat itu lewat layar kaca di rumah, atau saat itu Anda belum dilahirkan, maupun Anda yang mengenal fakta-fakta melalui sejarah, tragedi Heysel ini sesuatu yang membangkitkan emosi semua orang.

Siapa pun yang ada di sana 35 tahun lalu, kata Heysel adalah tidak pernah kami lupakan.

Demikian tulis Juventus di website resmi mereka.

Ucapan belasungkawa mengenang 35 tahun malam horor itu juga datang dari Gabrielle Gavina (Presiden FIGC-PSSI nya Italia) dan dari Walikota Turin Chiara Appendino.

Gol tunggal yang diciptakan Platini di atas sekaligus mengantarkan tim Si Nyonya Tua itu meraih gelar juara pertamanya di Liga Champions.

Akan tetapi sukacita juara itu diiringi ratapan tangis di belakangnya, keprihatinan yang sangat menyakitkan pada korban yang sebagian besar suporter Si Nyonya Tua.

Sukacita bagi Juventus karena juara namun dibarengi isak tangis yang kini sudah berusia 35 tahun.

Kenangan dan ingatan buruk akan tragedi kemanusiaan yang saling berputar di kepala mereka yang kehilangan. Namun kehilangan Si Nyonya Tua tidak bisa dilupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun