Obat tersebut memang aman untuk pasien malaria, arthritis, atau lupus, tapi tidak ada bukti sukses ujicoba obat itu untuk virus korona.
Itu berarti risiko meninggal pada pasien Covid-19 yang menggunakan obat malaria itu lebih tinggi.
Studi lain yang dimuat di Journal of The American Medical Association juga menunjukkan hal serupa, obat itu memiliki efek samping gangguan irama jantung atau aritmia dan tidak dapat digunakan untuk melawan virus korona.
Menurut detik.com, badan-badan yang terkait, yakni BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) serta Kementerian Kesehatan RI belum bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya.
Erlina Burhan, seorang anggota Asosiasi Pulmonologi Indonesia yang juga seorang dokter yang bertugas menyusun pedoman pengobatan virus Covid-19 menginformasikan bahwa Indonesia sudah menerima saran Organisasi Kesehatan Dunia itu untuk menghentikan penggunaan hydrochloroquine.
Kepada Reuters, Burhan mengatakan masih ada perselisihan. "Kami masih membahas masalah, kami belum mempunyai kesimpulan,".
Presiden Amerika Serikat Donald Trump beberapa waktu lalu sengit mempromosikan obat (didukung saluran televisi Fox News) yang digunakan untuk malaria itu, bahkan Trump juga mengakui mengonsumsinya.
Di Gedung Putih, Trump mengatakan dia meminum obat itu sudah satu setengah minggu.
Ketika ditanyakan apakah ada bukti kalau obat itu bermanfaat.Â
Trump mengatakan, "Buktinya saya, saya memperoleh banyak kabar positif tentangnya,".
Bukan itu saja, Trump bahkan menyanjung obat tersebut, Trump mengatakan para tenaga medis yang bekerja di garda terdepan banyak meminum obat itu.