"Ini mirip dengan penelitian AIDS beberapa waktu lalu. Para peneliti mengadakan studi terhadap para pelacur," ujar Mira soal alasannya merencanakan penelitian di benua hitam.
"Ini nampaknya terdengar provokatif, tapi bisakah kita melakukan penelitian itu di Afrika?" kata Mira.
Sedangkan dokter Camille Locht mengatakan alasannya mengapa memilih benua hitam. "Kami memikirkan serius dan melakukan pendekatan yang sama ketika menemukan vaksin BCG," kata Locht.
Pernyataan kedua dokter tersebut lantas menimbulkan pertentangan, baik di Perancis sendiri maupun luar negeri.
Dalam Twitter, Didier Drogba dengan tegas menolak gagasan kedua profesor medis tersebut yang dianggapnya sebagai rasis, ngawur, dan menghina. "Tidak masuk akal," kata pria berusia 42 tahun itu.
Drogba mengatakan studi tersebut sebagai bentuk penghinaan kepada rakyat Afrika.
Drogba memang mengharapkan semua orang di seluruh dunia bersatu untuk menerangi virus korona, akan tetapi mantan pemain Galatasaray itu meminta kedua profesor itu menghormati bangsa Afrika.
"Mari kita selamatkan diri kita dari serangan virus gila ini, tapi jangan menjadikan Afrika sebagai kelinci percobaan," katanya.
Sampai Senin (6/4/2020) tercatat sudah lebih dari 1,3 juta orang di seluruh dunia yang terinfeksi virus korona. Dan lebih 65.000 meninggal.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai cercaan yang diterima kedua profesor medis tersebut?
Mereka berniat berbuat baik demi kemanusiaan untuk menolong pasien terinfeksi virus Covid-19 dengan melakukan studi untuk membuat vaksin penolak korona, dan mereka sudah mempertimbangkan menggelar studi tersebut di wilayah yang tepat, benua hitam.